Find Us On Social Media :

Wow! Evolusi Kura-kura Raksasa Galapagos Lebih Canggih dari yang Diyakini Sebelumnya

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 1 Desember 2017 | 18:30 WIB

Intisari-Online.com - Menurut sebuah penelitian terbaru, kura-kura raksasa dari Kepulauan Galapagos memiliki cangkang unik yang membantunya bangkit kembali saat tebalik.

Sebelumnya, cangkang aneh itu, yang berbentu seperti pelana, diketahui bisa membuat kura-kura itu mencapai vegetasi-vegetasi yang lebih tinggi—seperti kaktus.

Dikenal sebagai kura-kura pelana, nama galapagos disematkan oleh para penjelajah awal, menyesuaikan dengan nama kepulauan di mana ia ditemukan.

(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

(Baca juga: Keren! Meski Punya Keterbatasan Fisik, Nur Ferry Berhasil Persembahkan 4 Emas Bagi Indonesia, Bahkan Memecahkan 3 Rekor)

“Galapago” adalah istilah Spanyol kuno untuk menyebut pelana.

Dan sekarang, para peneliti telah menemukan fungsi baru dari pelana aneh itu; pelana tersebut disinyalir memberi energi bagi kura-kura setelah terbalik.

Pelana aneh memungkinkan leher si kura-kura itu memberi momentum saat jatuh terjengkang dan bangkit lagi.

Studi yang dipublikasikan di Scientific Reports menunjukkan, evolusi cangkang kura-kura pelana didorong oleh tekanan untuk memperbaiki kemampuan berbalik.

Untuk diketahui, ada dua jenis utama kura-kura di Galapagos; kura-kura dengan cangkang biasa dan kura-kura dengan cangkang berpunuk yang punya celah tinggi di bagian depannya.

Bagaimanapun juga, Galapagos—tempat di mana Charles Darwin menemukan teori evolusi—adalah kepulauan dengan permukaan terjal dan berbatu. Kura-kura yang berjalan di atasnya bisa jatuh kapan saja.

Tapi dengan cangkang berpunuk itu, kura-kura raksasa tersebut bisa kembali ke posisi semula ketika terjatuh lalu terbalik.

Untuk menegaskan penemuannya itu, para peneliti membuat model komputer dari kura-kura tersebut. Model tersebut lalu direkontruksi dan diubah dalam bentuk 3D.

“Kemampuan untuk cepat berbalik memungkinkan kura-kura terhindar dari bahaya kematian,” ujar ahli ekologi Dr. Ylenia Chiari dari University of South Alabama, AS.

Kura-kura raksasa menjadi salah satu fauna ikonik dari kupulauan unik, Galapagos.

Kura-kura ini mewakili satu dari dua kelompok kura-kura yang tersisa di dunia—kelompok lainnya berada di Atol Aldabra di Samudra Hindia.

(Baca juga: Lucu Sekaligus Kasihan! Burung Kormoran dari Pulau Galapagos Ini Sudah Lupa Cara Terbang)

(Baca juga: Revolusioner! Operasi Ini Berhasil ‘Memperbaiki’ Janin di Luar Tubuh Ibunya)

Para ilmuwan percaya, kura-kura raksasa sam pai di Galapagos  2 – 3 juta tahun yang lalu setelah hanyut terbawa makanan mereka sendiri dari pesisir Amerika Selatan.

Sebelum datang kura-kura raksasa, para ilmuwan yakin sudah ada binatang raksasa di kepulauan tersebut.

Mula-mula terkumpul di pulau-pulau paling timur di Espanola dan San Cristobal, kura-kura ini kemudian menyebar ke seluruh kepulauan. Seiring waktu, penyebaran ini membentuk setidaknya 15 populasi terpisah di sepuluh pulau terbesar.

Kura-kura kubah cenderung berukuran lebih besar tapi tidak punya celah lebar di bagian depan cangkang—berbeda dengan kura-kura pelana.

Celah lebar pada kura-kura pelana, menurut para ilmuwan, muncul sebagai respon terhadap kurangnya makanan yang tersedia selama musim kering.

Untuk mencapai makanan yang lebih tinggi, kura-kura itu harus bekerja lebih keras. Nah, lama kelamaan, upaya keras itu, selain membuat lehernya sedikit lebih panjang, juga menciptakan celah lebar di bagian depan cangkang.