Satlakopsud membawahi unsur-unsur udara di mana biasanya Dan Satlakopsud dijabat oleh Pangkoopsau I atau Pangkoopsau II secara bergantian.
Satuan dari unsur udara ini sekaligus merepresentasikan pasukan PPRC dari TNI AU.
PPRC disiagakan untuk mengantisipasi semua kontijensi (keadaan darurat) di seluruh wilayah Nusatara terutama wilayah-wilayah yang telah ditetapkan sebagai trouble spot.
Misalnya saja kawasan Papua saat ini menjadi trouble spot maka pasukan PPRC siap diturunkan sesuai dengan Rencana Operasi (RO).
RO disusun sedemikian rupa oleh ketiga angkatan dan kemudian terwadahi oleh masing-masing Satgas maupun Satlakopsud.
Siapa berbuat apa itu sudah tertera jelas di situ. Artinya pasukan tinggal menunggu hari H jam J nya saja.
Contohnya ketika TNI menurunkan PPRC di Natuna dalam rangkaian skenario Latgab TNI, yang ang terjun adalah pasukan dari satuan lintas udara.
Mereka didukung oleh alat angkut (pesawat Hercules) dari Satlakopsud yag didahului oleh adanya penerbangan pengnitai (B737-200 Surveiller), serangan udara taktis, serta juga dicover oleh pendaratan amfibi dari Satgasla.
Semua bagian sudah tahu mereka harus berbuat apa, karena dalam RO di salah satu troble spot itu sudah diatur semua sehingga setiap satuan bisa bertindak sesuai RO.
Satlakopsud sesuai dengan kemampuan udaranya bisa memainkan peran sebagai operasi dukungan udara untuk menerjunkan pasukan, juga melakukan serangan udara taktis, serangan udara langsung, pengintaian dan sebagainnya sebagaimana tersusun dalam RO.
Sementara dalam penerjunan dalam operasi Linud, Angkatan Udara juga terlibat dalam Kelompok Depan Operasi Linud (KDOL).