Find Us On Social Media :

Menjadi Abdi Dalem, Demi Mendapatkan Berkah atau Memburu Gelar Kebangsawanan?

By Ade Sulaeman, Selasa, 14 November 2017 | 18:00 WIB

Demikian pula dengan Keraton Kasunanan Surakarta yang, antara lain, pernah memberikan titel  keningratan pada pengusaha batik kerurunan Cina Gotikswan karena jasa-jasanya ikut melestarikan tradisi dan pusaka keraton.

Gotikswan yang kini bernama resmi KRT (Kanjeng Raden Tumenggung) Hardjonegoro misalnya, telah ikut mendirikan Museum Suaka Budaya yang ada dalam lingkungan keraton.

Tarnama Sinambela, seorang pengusaha lain, juga telah diangkat sebagai warga keraton oleh Sri Paku Buwono XII karena telah menyumbang uang sebesar Rp 200 juta untuk membangun kembali Keraton Solo yang terbakar.

Sinambela yang asal Tapanuli sekarang bernama lengkap KRT Tarnama Sinambela  Kusumonagoro.

Abdi dalem gajinya hanya Rp2.400,00

Pihak keraton, baik yang di Solo maupun Yogya, tentunya tak begitu saja dengan mudah membagi-bagikan gelar kebangsawanan pada orang luar. Penganugerahan gelar pada seseorang dilakukan setelah melalui pertimbangan yang matang.

Selain untuk menghindari tuduhan yang tidak-tidak, seleksi ketat juga dilakukan karena di abad demokrasi sekarang ini belum tentu setiap orang merasa senang jika dianugerahi gelar keningratan.

Bagi orang kebanyakan atau wong cilik tentunya tak mungkin mengajukan permohonan agar diakui sebagai bangsawan. Apalagi mengharap mendapat anugerah titel keningratan dari raja tanpa diminta.

Satu-satunya jalan untuk mengaitkan diri dengan lembaga keraton adalah dengan bekerja sebagai abdi dalem, abdi raja.

Abdi dalem alias karyawan keraton sebenarnya bekerja dengan upah yang jauh dan mencukupi. Di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat upah mereka berkisar antara Rp 2.400,00 dan Rp 50.000,00 saja sebulannya. Seorang magang (calon abdi dalem) malah bisa dibilang bekerja tanpa gaji sama sekali.

Tak semua abdi dalem, memang, harus setiap hari hadir di keraton. Para petugas keamanan atau penjaga pintu gerbang, misalnya, hanya harus hadir sekali saja setiap beberapa belas hari.

Di luar itu, kaum abdi dalem umumnya memiliki mata pencarian lain, entah sebagai penjual rokok, petani, atau pegawai negeri.