Find Us On Social Media :

Ingat, Keluarga adalah Sekolah Pertama Anak, Termasuk ‘Materi’ tentang Pendidikan Seksual!

By Ade Sulaeman, Sabtu, 11 November 2017 | 08:00 WIB

Intisari-Online.com - Pelecehan seksual masih menjadi masalah dalam kehidupan sosial.

Meski sebagian besar perempuan dan anak-anak menjadi korban, laki-laki juga ada yang mengalami pelecehan secara seksual.

Sosial media nyatanya juga ikut digunakan sebagai wadah oleh para pelaku memuaskan keinginan mereka yang tak sewajarnya.

Sebagai mahkluk sosial yang hidup di zaman modern seperti sekarang, bukan saatnya kita menyalahkan teknologi, namun menyiapkan mental kita dan anak-anak kita supaya siap menghadapi paparan media.

(Baca juga: Inilah Waktu yang Tepat untuk Memberikan Pendidikan Seks kepada Anak-anak)

Tentu menjadi penting bagi Anda sebagai orangtua untuk memberikan edukasi kepada anak-anak Anda, perempuan atau laki-laki mengenai pelecehan seksual sebelum terlambat.

Banyak orangtua yang akhirnya diam karena menganggap anak-anak mereka belum cukup umur untuk mengetahui tentang seksualitas.

Kebanyakan orangtua memilih diam karena tidak tahu apa yang harus dikatakan atau bagaimana memulainya.

“Banyak orangtua ingin bicara kepada putri mereka, tapi mereka khawatir melakukan kesalahan atau mereka sebenarnya tidak tahu apa yang harus dikatakan, jadi mereka memilih tidak mengatakan apapun,” kata Holy Kearl, pendiri sebuah organisasi non-profit Stop Street Harasshment.

Pelecehan seksual seperti catcalling (sekelompok orang yang memanggil-manggil atau memberikan siulan kepada orang lain di jalanan) umumnya sering sekali terjadi, namun tidak pernah mendapat perhatian khusus.

Jika anak Anda sudah memiliki akun sosial media, dan ia memiliki banyak pertanyaan mengenai berita-berita pelecehan seksual, Anda jelas harus mengambil peran sebagai orangtua sekaligus sahabat.

Tanyakan seberapa banyak ia tahu mengenai berita tersebut dan jika mereka memiliki pertanyaan, jawablah dengan jujur.

Jelaskan sesuai dengan bahasa yang mereka pahami dan konsep yang sederhana.

(Baca juga: Kecil-kecil Sudah Bertanya tentang Pendidikan Seks? Inilah Tips Menjawab Pertanyaan Seputar Seks Sesuai Umur Anak)

Anda juga perlu menegaskan supaya anak Anda harus bercerita jika terjadi hal-hal yang membuatnya tidak nyaman, misalnya ia risih karena disentuh oleh orang lain.

Pastikan konsep pelecehan seksual yang Anda jelaskan tidak membuatnya takut berlebihan.

“Anda sekali lagi harus menyadari bahwa anak Anda bertumbuh seiring usianya, dan suatu hari akan pergi mengejar mimpi-mimpinya, jadi tak masalah untuk memperluas perkacapan untuk memberi tahu dia bahwa ini bukan hanya tentang seks, namun juga memegang kekuasaan (atas dirinya),” kata Dana Dorfman, PhD, seorang terapis anak dan keluarga di New York.

Berikan juga strategi kepadanya jika ia atau temannya mengalami pelecehan.

Misalnya dengan kata-kata tegas sebagai bentuk penolakan, keberanian menolak, dan tak ragu untuk melaporkannya kepada Anda atau orang dewasa lain di dekatnya.

Latih mereka untuk percaya dengan intuisinya. Bagi gadis-gadis remaja yang sedang bertumbuh, tidak masalah untuk dekat dengan anak laki-laki lain dan mencoba berteman dekat.

Namun pastikan putri-putri Anda tahu batasan dalam berhubungan dengan orang lain, jika sesuatu berjalan tidak semestinya, biarkan mereka percaya intuisinya dan keluar dari situasi tersebut.

Memberikan contoh dalam kehidupan nyata juga relatif baik untuk menunjukkan betapa seriusnya hal ini.

(Baca juga: Pandangan Keliru Tentang Pendidikan Seks)

Misalnya ketika terjadi adegan kekerasan pada perempuan yang tampil di film, TV, atau bahkan kehidupan nyata, hal itu dapat menjadi bahan diskusi Anda dengan anak mengenai pelecehan seksual.

Namun yang terpenting, keluarga adalah sekolah pertama anak-anak. Mereka melihat dan langsung merasakan bagaimana seorang anggota keluarga memperlakukan yang lain.

Menjadi contoh bagaimana seharusnya seseorang berperilaku adalah salah satu tugas orangtua.

Misalnya bagaimana Anda atau pasangan saling memperlakukan, atau memperlakukan anak-anak dengan cara yang sopan, atau malah membuat tidak nyaman.

Karena sering kali keluarga menjadi pencetak orang-orang yang suka melecehkan orang lain karena melihat apa yang terjadi di keluarganya.

(Natalia Mandiriani)