Advertorial
Intisari-Online.com -Sering kedapatan anak kita yang seusia 3-6 tahun menonton televisi sambil tangannya memegang dan memainkan alat kelaminnya.
Sebagai orang tua, apa sebaiknya yang harus kita lakukan?
Anak usia 3 – 6 tahun memperoleh kenikmatan dari sentuhan pada alat genitalnya.
Fase phalic ini merupakan bagian dari proses perkembangan anak seperti halnya perkembangan motorik dan verbal.
Fase ini biasanya berhenti di usia 6 tahun.
Saat melakukan kegiatan tersebut, tidak ada orientasi dan fantasi sesksual dalam pikiran si anak.
Sedangkan pada orang dewasa, masturbasi disertai dengan fantasi seksual.
Anak jangan dimarahi atas “kegiatannya” tersebut dan jangan panik saat memergoki si kecil memainkan alat kelaminnya.
Karena respons yang keliru akan berpengaruh hingga mereka besar.
Justru ini merupakan salah satu momentum bagi orang tua untuk memberikan pendidikan seks kepada anak.
Perkenalkan alat kelamin dan namanya, ajarkan cara menjaga kebersihan alat kelamin, jelaskan bagaimana adik bayi bisa lahir.
Jelaskan secara terbuka dan alamiah serta ilmiah (jangan dianggap kotor).
Rasa ingin tahu yang tidak terjawab justru bisa mendorong anak untuk mencari informasi dari sumber lain yang belum tentu benar dan baik.
(Baca juga:Pandangan Keliru Tentang Pendidikan Seks)
Gunakan nama sebutan alat kelamin dan anggota tubuh yang sebenarnya.
“Penis” bukan “burung”, “payudara” bukan “susu”.
Masyarakat sering menganggapnya vulgar padahal jika kita tidak memberikan sebutan yang benar di kemudian hari dapat menimbulkan kebingungan pada anak.
Jelaskan misalnya, “Kalau laki-laki punya penis, fungsinya untuk pipis, bukan buat mainan. Kalau dipegang-pegang dan dibuat mainan, bisa lecet dan luka. Nanti sakit kalau pipis.”
Dengan demikian, anak tahu apakah dia laki-laki atau perempuan, dan tahu cara memperlakukan alat vitalnya.