Find Us On Social Media :

Clare Wolfowitz, ‘Wong Ndeso Amerika’ yang Cinta Mati dengan Tokoh Wayang Bima

By Ade Sulaeman, Selasa, 7 November 2017 | 16:00 WIB

(Baca juga: Tradisi Jawa Ruwatan dengan Pergelaran Wayang Kulit)

Doktor antropologi

Clare tak hanya terpesona oleh seni tari Jawa, tapi pada kebudayaan Jawa secara keseluruhan. Pengalamannya di Yogya sungguh membawa perubahan besar pada dirinya.

 Ia yang mulanya tak tahu apa-apa tentang Indonesia, kemudian malah bercita-cita menjadi ahli antropologi yang menguasai seluk-beluk kebudayaan Jawa. Jadi, bukan kebetulan kalau Clare memutuskan mengambil kuliah antropologi selulusnya dari SMTA.

Ia belajar tak tanggung tanggung. Setelah meraih gelar BA di di Universitas Cornell, ia meneruskan studinya di London School of Economics sampai mendapat gelar Master of Philosophy.

Perkawinannya dengan Paul Wolfowitz, kakak kelasnya semasa di Cornell, 1968, dan kelahiran Sarah dan David, dua anaknya yang pertama, tak memudarkan semangatnya. Ia meneruskan belajar lagi di Universitas John Hopkins, dan akhirnya menggondol gelar doktor pada tahun 1983.

Untuk menyusun disertasinya, Clare sebenarnya ingin sekali melakukan riset di Indonesia, tapi kesulitan mendapatkan dana dan izin memaksanya mengubah rencana.

Karena tetap ingin menulis sesuatu tentang kebudayaan Jawa, akhirnya ia melakukan penelitian lapangan di antara kaum imigran Jawa di Suriname, Amerika Selatan.

Language Style and Social Space: A Sunname Javanese Sign System, begitu judul disertasi setebal 379 halaman yang ditulisnya dan, katanya, akan segera diterbitkan.

(Baca juga: Ada Wayang Kuno Di Taiwan)