Penulis
Intisari-Online.com - Sebuah pohon yang memiliki nama indah namun membawa kematian bagi penikmatnya. Itulah Pisonia brunoniana.
Pisonia brunoniana adalah pohon berbunga kecil asli dari kawasan tropis mulai dari Hawaii hingga Selandia Baru dan India.
Pohon pisonia memiliki batang lunak yang rapuh dengan daun lebar halus, juga sebuah rahasia gelap.
(Baca juga: Julia Hill Rela Melakukan Hal Gila Demi Menyelamatkan Pohon Berusia 1.500 Tahun Ini)
Jika kita teliti akar dan ranting-rantingnya, kita akan menemukan ribuan tulang dan tubuh-tubuh kecil yang telah jadi mumi.
Itu sebabnya gambaran mengerikan yang diberikan pada pohon ini membuatnya dijuluki sebagai ‘pohon penjebak burung’.
Dilansir dari Washington Post, mungkin pula kekejaman pohon yang memiliki kecenderungan menarik untuk membunuh burung ini, menjadi alasan mengapa BBC Amerika memberikan segmen khusus untuk mereka dalam seri dokumentasi ‘Planet Earth II’.
Untuk diketahui, pohon pisonia menghasilkan kacang berukuran panjang. Polong kacang itu berlapis getah tipis yang lengket.
Getah itulah yang menjebak serangga dan burung saat mereka tergoda untuk memakan kacang didalamnya.
Serangga yang terjerat terlihat mudah dipatuk bagi burung yang tidak menaruh curiga.
(Baca juga:Beringin, (Memang Benar-benar) Simbol Kekuasaan. Dihormati Layaknya Pohon Bodhi)
Tetapi, bila burung tidak hati-hati, mereka dapat dengan mudah terjerat di polong kacang yang lengket.
Banyaknya polong kacang yang memerangkap bulunya dapat membuat burung tergantung ke bawah.
Akibatnya mereka tidak bisa terbang menjauhi pohon.
Beruntung jika burung itu disambar oleh seekor pemangsa yang lewat di dekat pohon itu.
Bila tidak, burung itu akan mati perlahan karena kelaparan.
Seringkali burung yang mati tidak pernah berkesempatan lolos dari ranting pohon pisonia.
Itu berarti bangkai mereka tergantung seperti sebuah buah yang aneh atau hiasan pohon Natal yang mengerikan.
(Baca juga:Jangan Asal Tebang Pohon Jika Tidak Mau Didenda, Ini Landasan Hukumnya)
Hal ini hanya dapat dideskripsikan sebagai sebuah lingkaran yang mengerikan.
Burung pemangsa yang tergoda oleh burung yang terperangkap itu terkadang juga tergantung di polong kacang yang lengket dan menjadi perangkap dirinya sendiri.
Reputasi pohon pisonia sebagai pembunuh burung ini terdengar pula oleh Alan Burger, seorang ekologis di University of Victoria.
Ia penasaran bila ada sebuah alasan dibalik mekanisma jebakan atau itu sebuah evolusioner khusus belaka.
Bagaimana pun juga, ini bukan tidak biasa bagi tanaman untuk menjerat atau melumpuhkan hewan malang.
Hal itu sebagai suatu cara menyuburan atau menyebarkan bibit.
Namun, penyebaran bibit memperlihatkan sebuah motif yang tidak mungkin.
(Baca juga:(Video) Inilah Alasan Mengapa Kita Tidak Boleh Berteduh di Bawah Pohon Saat Hujan Deras)
Pasalnya, pengantar bersayap itu mati tidak jauh dari pohonnya.
Pada Mei 1999, Alan Burger pernah traveling di kepulauan Seychelles di Samudera India.
Selama 10 bulan ia melakukan penelitian pada pohon aneh.
“Hasil dari penelitianku memperlihatkan keyakinan bahwa pisonia tidak mengambil keuntungan dari burung yang terjebak secara fatal itu. Kacang-kacang itu juga tidak memperoleh peningkatan pengecambahan apapun, atau memperpanjang pembibitan, dengan bertunas di samping burung yang mati,” kata Alan Burger.
Penelitian itu membuktikan pula bahwa pohon pisonia memperoleh lebih banyak nutrisi dari guano atau kotoran burung daripada bangkai burung.
Hal ini mengidentikasikan bahwa burung hidup lebih berharga bagi pohon daripada burung mati.
Lalu mengapa ada getah lengketnya?
Alan Burger mencelupkan kacang itu ke dalam air laut untuk mengetes apakah pohon menggunakan bangkai sebagai rakit, menyebarkan diri dari pulau ke pulau.
Ternyata, polong kacang mati dalam waktu 5 hari setelah dicelupkan ke air laut. Hal ini mematahkan teori tersebut.
Kemudian Alan Burger mencoba mencelupkan bibit pisonia di air selama beberapa minggu. Dan ternyata, bibit itu bertahan hidup.
Intinya, jika burung yang tenggelam kadang-kadang hanya disambar ikan.
Sementara bibit-bibit pisonia yang tertinggal dapat hidup dan tumbuh menjadi pohon yang baru dimanapun bibit itu menempel.
“Burung yang hidup tampaknya menjadi kunci penyebaran. Tetapi, konsekuensi yang tidak menguntungkan dari memiliki bibit yang benar-benar lengket dan memproduksi banyak bibit dalam satu tandannya, itulah yang membuat beberapa burung terjebak,” jelas Alan Burger.
Terbunuhnya burung-burung adalah hanyalah kerusakan tambahan yang tidak menguntungkan.
Selama burung-burung itu hidup untuk menyebarkan bibit, pohon pisonia akan terus tumbuh menyebar.
Mungkin bagian aneh dari cerita ini adalah bahwa meskipun berbahaya, burung laut suka dengan pohon pisonia.
“Jarang terlihat sebuah pohon pisonia yang tidak ada burung laut di dalamnya. Tempat terakhir dimana ada sisa-sisa burung laut,” kata Beth Flint, seorang ahli biologi alam liar di Fish and Wildlife Service Amerika Serikat.
Di beberapa tempat, manusia ikut campur tangan pada kepentingan burung.
Di Pulau Utara dari Selandia Baru, pohon pisonia hampir punah sebagai akibat ditebang secara intensif demi mencegah burung menjadi terjebak.
Sementara di Pulau Cousine, petugas konservasi mempunyai sebuah kebijakan lain.
Mereka membebaskan dan membersihkan burung yang terjebak untuk memastikan keselamatan hewan tersebut.