Find Us On Social Media :

Ancaman Serangan Nuklir Korut Masih Membayangi, Trump Kini ‘Diserang’ Janda Pasukan Baret Hijau

By Ade Sulaeman, Rabu, 25 Oktober 2017 | 15:00 WIB

Intisari-Online.com - Ketika direktur CIA memperingatkan kepada Presiden Donald Trump dan militer AS bahwa ancaman serangan nuklir dari Korut makin mendekat, maka Presiden Trump pun menyataka akan melakukan “tindakan apapun” termasuk melancarkan serangan militer ke Korut.

Pemeritah AS hingga hari ini memang terus-menerus mewaspadai perkembangan di Korut dengan harap-harap cemas, Kim Jong Un akhirnya menghentikan program nuklirnya atau paling tidak “meyatakan kapok” tidak melakukan uji coba peluncuran rudal balistik lagi setelah mendapat sangsi ekonomi dari PBB.

Tapi faktanya Kim Jong Un tetap keras kepala dan memutuskan akan menyerang AS menggunakan rudal nuklir jika rudal balistik berhulu ledak nuklir yang sedang disiapkan utuk menyerang AS sudah jadi.

Sebenarnya baru kali ini militer AS diam saja ketika negaranya jelas-jelas dalam kondisi terancam serangan nuklir dari negara lain dan malah terkesan ketakutan sehiggga lebih memilih melakukan langkah diplomatik utuk mengatasiya.

(Baca juga: Benteng Pertahanan Terdepan Amerika Itu Semakin Galak Sejak Presiden Donald Trump Berkuasa)

Sebelumnya AS tidak memberi ampun kepada negara-negara yang berniat memproduksi senjata pemusnah massal dan segera melakukan serangan militer seperti yang pernah dilakukan terhadap Irak,Libya, dan Suriah.

AS memang belum berani melakukan serangan militer terhadap Korut mengingat pecahnya peperangan di Semenanjung Korea akan berakibat pada hancurnya Korsel dan mengundang intervensi militer dari Rusia serta China.

Dalam konflik militer di Semenanjung Korea yang melibatkan Rusia, China, Korut melawan AS dan sekutunya maka pecahnya PD III memang sulit dielakkan.

Namun terkait ancaman serangan nuklir Korut yang makin mendekat, di dalam negeri AS sendiri, saat ini Presiden Donald Trump juga sedang mendapat serangan “dari dalam”.

Serangan yang sedang menerpa Presiden Trump itu akibat dari terbunuhnya 4 personel pasukan khusus Baret Hijau (Green Beret) di Niger, Afrika pada 4 Oktober 2017 lalu.

Empat personel Green Beret terbunuh dan dua personel lainnya mengalami luka-luka setelah sekitar 30 pasukan gabungan AS dan tentara Niger diserang pasukan ISIS yang jumlahnya lebih besar serta bersenjata lebih lengkap.

Presiden Trump dianggap telah gagal menunjukkan simpati dan empati terhadap para janda yang merupakan istri dari 4 personel Baret Hijau itu sehingga sampai memicu polemik politik.