Penulis
Intisari-Online.com -Semua orang tahu kalau penyakit jantung termasuk dalam lima besar daftar penyakit paling mematikan.
Tidak sedikit juga orang yang tidak mengerti apa faktor risiko penyakit jantung.
Namun kenyataannya, masih banyak orang yang abai soal kesehatan organ vital ini. Salah satu buktinya, jutaan orang di Indonesia masih merokok.
Padahal jelas sekali peringatannya, rokok itu berbahaya bagi jantung.
(Baca juga:Ingat, Selain Menjaga Pola Makan, Penanganan Kaki Diabetes Tak Boleh Lambat)
Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2016 menyebutkan, sebanyak 36,4% atau lebih sepertiga dari jumlah penduduk Indonesia adalah perokok.
Artinya lebih dari 93 juta orang di Tanah Air ini merokok (data jumlah penduduk Indonesia per 30 Juni 2016 adalah 257.912.349 jiwa). Duh!
Selain itu, pola makan yang tidak terkendali juga menjadi pemicunya. Dalam satu hari, asupan makanan tidak sehat lebih banyak ketimbang makanan sehatnya.
Misalnya, makan makanan yang digoreng di pagi hari. Siang, lanjut makan makanan yang bersantan penuh lemak, belum lagi makanan cepat saji.
Ditambah lagi malam hari, makan daging yang menggugah selera. Bagaimana kolesterol tidak tinggi kalau setiap hari begitu?
Makanannya sih memang enak di mulut, tapi bagi jantung bagaikan racun. Tidak langsung kelihatan membunuh, namun pelan-pelan tapi pasti jantung bisa keok.
Bahkan jika serangan jantung terjadi, bisa merenggut jiwa tiba-tiba.
“Terutama orang yang tinggal di perkotaan, kebiasaan makannya sering tidak sehat,” kata dr. Fiastuti Witjaksono Ms, SpGK, dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
(Baca juga:Jomblo Biasanya Punya Pola Makan yang Buruk?)
Padahal, makanan itu bukan sekadar rasanya. Lebih dari itu, asupan makanan berpengaruh penting terhadap kesehatan. Khususnya, jantung kita.
Betul kalau kolesterol merupakan salah satu pemicu sakit jantung. Tapi jangan difitnah begitu sadis, karena sebetulnya tubuh kita memerlukan kolesterol. Yang berbahaya itu, kadar kolesterol berlebihan dalam tubuh.
Sebagai salah satu komponen lemak, si kolesterol memang berfungsi untuk membentuk dinding sel, menunjang fungsi sel, membentuk hormon stereoid, dan juga sumber energi.
Namun perlu ditegaskan, jumlah yang diperlukan itu terbatas. Sekali lagi, terbatas. Kolesterol terbentuk dalam hati dan sel-sel tubuh. Pada tubuh manusia normal, dalam sehari hati menghasilkan sekitar 1 g kolesterol.
Nah, kolesterol ini bisa meningkat kalau tubuh menerima asupan makanan. Khususnya makanan berlemak hewani.
Kalau kadar kolesterol kelewatan batas, maka ia tidak lagi memberi manfaat. Malah jadi biang kerok yang merusak jantung.
Intinya, kolesterol bikinan tubuh sendiri itu sudah cukup. Seharusnya tidak ditambah-tambah lagi.
Jika kebutuhan kolesterol ditambah dari lemak-lemak yang dikonsumsi, terjadilah kelebihan LDL.
Akhirnya mereka menempel di dinding-dinding arteri, termasuk arteri koroner jantung. Semakin banyak, tentu semakin menumpuk. Akhirnya timbunan itu bikin aliran darah tersumbat, jantung pun ikut menderita.
(Baca juga:Mengatasi Hasrat Ngemil Tanpa Merusak Pola Makan Sehat)
Itulah sebabnya, agar kolesterol tidak menjahati tubuh, batas kadar LDL pada manusia idealnya adalah di bawah 100 mg/dl. Sedangkan kadar HDL sebaiknya lebih tinggi yaitu 45-55 mg/dl.
Misalnya, setelah dilakukan pemeriksaan kolesterol didapati kadar LDL tinggi yaitu di atas 160 mg/dl, maka kadar itu harus segera diturunkan.
Caranya dengan mengurangi asupan kalori dan membakar lemak. Hindari pula makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan kolesterol.
Yuk, sebelum kebablasan terkena penyakit jantung, mulailah mengendalikan si kolesterol.