Find Us On Social Media :

640 Tahun Terlambat ‘Menyusul’ Rombongan Hayam Wuruk yang Tengah Pesiar

By Ade Sulaeman, Rabu, 18 Oktober 2017 | 19:00 WIB

Namun, hipotesis bukan berarti khayalan. Banyak nama tempat yang disebut 640 tahun lalu masih bisa diidentifikasi lewat toponim dan bukti arkeologis.

Boleh dikata usaha J.E Niermeyer ternyata meluruskan kembali maksud Mpu Prapanca yang sebenarnya ketika menulis Nagarakretagama.

Prapanca menyebut karyanya itu Desawarnnana yang intinya memuat uraian tentang desa-desa yang dikunjungi Hayam Wuruk.

Cunia, judul itu dilupakan umum dan lebih populer dengan sebutan Nagarakretagama berkat kolophon Dr. J.L.A. Brandes: Iti Nagarakretagamasamapta, pada tahun 1806.

Nama populer itu ternyata tambahan penyalin sesudah Prapanca, yaitu Arthapamasah yang. disalin dengan huruf Bali di Kancana pada tanggal 20 Oktober 1740.

Nagarakretagama ditemukan di Puri Cakranegara, P. Lombok, pada tahun 1894.

Pungging = Pongging

Mula-mula melalui Japan  dengan asrama dan candi-candi ruk-rebah. Sebelah timur Tebu, hutan Pandawa, Daluwang, Bebala di dekat Kanci. Ratnapangkaja serta Kuti Haji Pangkaja memanjang bersambung-sambungan. Mandala Panjrak, Pongging serta Jingan, Kuwu Hanyar letaknya di tepi jalan.

Nama-nama tempat yang disebutkan dalam Nagarakretagama pupuh 17 itu memang harus dicari di daerah Mojokerto.

Niermeyer mengidentifikasikan Tebu adalah Tepus, letaknya di sebelah timur Majapahit (Trowulan).

Nama Japan, menurut profesor itu sudah tidak dapat ditemukan di peta. Namun, nama itu masih disebut penduduk walaupun pada tanggal 12 September 1838 daerah itu menjadi bagian dari daerah Mojokerto.

Kuti Haji tidak lain Kutorejo yang letaknya di bagian barat daya Mojosari. Kutorejo sekarang, telah menjadi desa dan kota kecamatan.