Find Us On Social Media :

640 Tahun Terlambat ‘Menyusul’ Rombongan Hayam Wuruk yang Tengah Pesiar

By Ade Sulaeman, Rabu, 18 Oktober 2017 | 19:00 WIB

Intisari-Online.com – Tiap bulan sehabis musim hujan beliau biasa pesiar keliling. Desa Sima di sebelah selatan Jalagiri, di sebelah timur pura. Ramai tak ada hentinya selama pertemuan dan upacara prasetyan. Girang melancong mengunjungi Wewe, Pikatan setempat dengan Candilima.

Demikian isi kitab Nagarakretagama pupuh 17 yang dibaca perlahan-lahan oleh Drs. Budi Santoso Wibowo, arkeolog dari SPSP Jawa Timur yang menjadi salah seorang penumpang mobil Hiace tua yang mencoba menerobos waktu ke bulan September tahun 1359.

Saat itu Dyah Hayam Wuruk Sri Rajasanagara, raja termasyhur dari Majapahit berangkat dari ibu kata Majapahit untuk mengunjungi beberapa desa dan kota di ujung timur Pulau Jawa.

Terlambat 640 tahun

Meskipun terlambat 640 tahun, para penumpang mobil tua itu meninggalkan juga ibu kota Majapahit (yang kini tinggal puing di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto).

Mereka berangkat "menyusul" rombongan Hayam Wuruk yang tengah "pesiar".

Kitab karya Mpu Prapanca yang digubah sekitar tahun 1365 menjadi pedoman para penumpang Hiace dibantu petunjuk dari peta topografi terbitan tahun 1943.

Penumpang Hiace akhirnya sampai di Candilima. Kini Candilima hanyalah sebuah dusun kecil yang masuk wilayah Desa Dinoyo, Kecamatan Jatirejo, di Mojokerto.

Salah seorang anggota tim yang naik mobil Hiace mengeluarkan alat Global Positioning System (GPS) untuk menentukan posisi koordinat tempat bersejarah itu melalui satelit.

Candilima 7° 35' 37,1" Lintang Selatan 112° 25' 55,3" Bujur Timur. Jaraknya sekitar 7 km di sebelah tenggara Trowulan!

Hayam Wuruk tidak akan pernah tahu jika tempat yang disenanginya itu kini telah menjadi lokasi makam penduduk.

Tak ada lagi bangunan candi yang tegak di situ. Yang tersisa batu-batu andesitnya saja, kepala kala, pecahan-pecahan keramik Cina masa Dinasti Yuan (abad XIII - XIV), dan kepingan wadah tembikar halus tipe Majapahit.