Find Us On Social Media :

640 Tahun Terlambat ‘Menyusul’ Rombongan Hayam Wuruk yang Tengah Pesiar

By Ade Sulaeman, Rabu, 18 Oktober 2017 | 19:00 WIB

(Baca juga: Ke Candi Borobudur dan Menara Pisa Ddalam Beberapa Langkah)

Sudah barang tentu tinggal pecahan-pecahannya saja!

"Inilah keraton cilik Majapahit!" ujar seorang tua menjelaskan. Akan tetapi yang membuat kepala pening adalah melihat kenyataan bata-bata kuno yang ada ternyata siap diangkut truk untuk dijadikan bahan semen growol (semen merah) setelah disusun tinggi.

Padahal, penggalian bata itu justru melenyapkan lapisan tanah budaya masa Majapahit. Tragisnya, pemusnahan peninggalan budaya  itu terus berlangsung sampai sekarang!

Profesor dari Belanda juga "menyusul"

Rombongan tim Hiace kali ini sebenarnya bukan yang pertama kalinya mencoba menapak tilas perjalanan Hayam Wuruk.

Kisah perjalanan raja agung itu ke desa-desa di timur Jawa yang termuat dalam Nagarakretagama telah memikat sarjana-sarjana terkenal seperti N.J. Krom dan J.F. Niermeyer dari Utrecht Belanda puluhan tahun lalu.

Bahkan mereka telah menyusun dan menerbitkan peta napak tilas tersebut pada tahun 1913 (Tijdscrift Koninklijk Nederlandsch Aardrijkskundig Genootschap, deel XXX).

Asal tahu saja, ada 22 pupuh dari 98 pupuh dalam Nagarakretagama  yang mengisahkan kunjungan wisata Hayam Wurak ke daerah timur Jawa dan kembali ke Singasari.

Dari jumlah pupuh itu-tercatat 175 tempat, sebagian besar desa dan sisanya kota atau tempat-tempat suci.

Meski demikian, tidak mudah merekonstruksi rate perjalanan baginda raja ini. J.F. Niermeyer mendapat kesulitan dengan tempat-tempat yang ada sekarang.

Maklum saja, nama-nama Jawa kuno itu telah banyak yang tidak tercatat lagi di peta. Dengan mengandalkan toponim dan peta topografi, profesor Belanda tersebut hanya mampu membuat rate  yang bersifat hipotesis belaka.