Find Us On Social Media :

AS Kembali Kritik China Terkait Korut, Tapi Bukan Soal Senjata Nuklir, Melainkan Soal Kepiting

By Ade Sulaeman, Jumat, 13 Oktober 2017 | 08:00 WIB

Intisari-Online.com - Sanksi ekonomi dari PBB yang diterapkan kepada Korea Utara (Korut) dengan tujuan membuat pemeritah Korut membatalkan program nuklirnya rupanya terancam gagal.

Pasalnya meskipun pemerintah Korut menjadi sangat gusar atas sanksi eknomi PBB itu, rakyat Korut ternyata punya banyak cara untuk melawan sanksi ekonomi yang sebenarnya didalangi oleh AS itu.

Pemerintah AS memang sangat getol menerapkan sanksi ekonomi terhadap Korut.

AS bahkan sampai mengancam negara-negara yang masih melakukan perdagangan dengan Korut akan dihentikan kerja sama ekonominya oleh AS.

Tapi ancaman itu ternyata tidak mempan diterapkan oleh AS kepada Rusia dan China, mengingat kedua negara itu sebenarnya musuh dalam selimut.

(Baca juga: Ingin Pancing Reaksi Korut, Pesawat Pengebom Nuklir AS Tembakan Bom Tiruan di Perbatasan Korea)

(Baca juga: Wow, Korut Berhasil Bobol Data Rahasia Korsel, Termasuk Strategi AS-Korsel untuk Bunuh Kim Jong Un)

(Baca juga: Demi Hentikan Program Nuklir Korut, AS Ternyata Sering Beri Uang ke Negara Komunis Itu)

Faktanya saat ini pasukan Rusia dan NATO serta AS sudah saling berhadapan di Eropa Timur (perbatasan Rusia dan Ukraina) sementara kekuatan tempur laut militer China juga sudah saling berhadapan dengan kekuatan militer AS di perairan Laut China Selatan.

Secara geografis Rusia dan China hanya dibatasi oleh Sungai Tumen dengan Korut dan selama ini pula dari sungai itu, warga Korut biasa menjual ikan laut (sea food) khususnya kepiting yang sangat disukai warga China.

Maka di sepanjang Sungai Tumen itu sanksi ekonomi yang diberlakukan PBB benar-benar tidak mempan karena militer China atau Rusia malas melakukan penegakan hukum pelarangan dagang mengingat hasil laut dari Korut sangat dibutuhkan oleh warga China serta Rusia.

Soal perdagangan kepiting yang memiliki ukuran raksasa dari Korut ke China dan nilai jualnya mencapai 300 juta dollas AS per tahun, Presiden AS Donald memang sudah melancarkan protes keras ke China.

“China tidak sungguh-sungguh dalam menerapkan sanksi ekomi ke Korut. China masih membeli apa saja hasil laut dari Korut. Itu sangat memalukan,” kecam Trump melalui akun twiternya.