Find Us On Social Media :

Pegal-pegal Usai Bekerja Seharian? Cobalah Sensasi Dipijat oleh Robot Pemijat Pertama Di Dunia Ini

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 11 Oktober 2017 | 09:00 WIB

Intisari-Online.com – Wow, ada robot jenis baru lagi, nih!

Robot ini dirancang khusus untuk memijat punggung dan lutut seseorang yang pegal-pegal usia bekera seharian.

Robot pemijat ini diberi nama Emma, singkatan dari Expert Manipulative Massage Automation.

Emma meniru telapak tangan dan jari untuk menirukan pijatan pengobatan, seperti shiatsu dan fisioterapi.

Emma memijat pasien pertamanya di klinik NovaHealth Traditional Chinese Medicine (TCM) di Singapura, mulai Senin (9/10).

Tentunya robot itu bekerja berdampingan dengan seorang dokter dan seorang terapis pijat.

(Baca juga: [VIDEO] Mbah Dul Si Pemijat Sapi)

Dilansir dari situs Strait Times, Emma dirancang oleh peneliti dari Nanyang Technological University di Singapura. Robot ini dikembangkan oleh AiTret, sebuah perusahaan teknologi starup yang ada di universitas tersebut.

Dikatakan bahwa robot ini memberikan sebuah pijatan yang digambarkan oleh pasiennya seperti nyaris tidak berbeda dengan pijatan dari seorang pemijat profesional.

Robot ini menggunakan sensor untuk menekan urat dan otot yang kaku, bersama kecerdasan buatan dan berbasis komputer untuk menghitung pijatan optimal dan meninggalkan jejak kesembuhan pasien usai menjalani pengobatan.

AiTret baru berusia 2 tahun tetapi perusahaan ini sudah bernilai 10 juta dolar singapura atau Rp 94,9 miliar. Dukungan dana ini didapat dari pemodal di Singapura, China, dan Amerika Serikat, termasuk Brain Robotic Capital LP di Boston, Amerika Serikat.

Diklaim bahwa menggunakan Emma bisa membantu untuk mengatasi rasa sakit kronik dan berpotensi menurunkan biaya pengobatan alternatif.

Di banyak negara pengobatan ini masih berbiaya tinggi dan dimana populasi lansianya meningkat yang membutuhkan pengobatan seperti ini.

Menurut ketua pengembang Emma, Albert Zhang, Emma dirancang untuk memberikan sebuah pijatan tepat secara klinis.

Juga, sebuah resep abadi akan pengobatan tradisional China yang sekualitas tabib atau ahli terapi, tanpa lelah yang biasanya terlihat pada seorang terapis manusia.

“Dengan menggunakan Emma untuk melakukan pekerjaan pijat secara intensif, kita dapat menawarkan sesi terapi yang lebih lama kepada pasien sambil menurunkan biaya pengobatannya,” kata Albert Zhang.

(Baca juga: Bercinta dengan Robot Seks, Apakah Itu Termasuk Selingkuh?)

Ia menambahkan, terapis manusia bisa bebas memfokuskan diri pada area tubuh lainnya seperti leher dan tungkai badan yang tidak dapat dipijat oleh Emma.

Untuk diketahui, di Singapura, satu paket pengobatan konvensional akan keluhan pada punggung termasuk konsultasi, akupuntur, dan pijatan selama 20 menit akan dikenakan biaya 60-100 dolar Singapura atau Rp570 ribu hingga Rp950 ribu.

Sementara di klinik NovaHealth TCM, seorang pasien mendapat konsultasi dan akupuntur, serta pijatan selama 40 menit dikenakan biaya 68 dolar singapura atau Rp650 ribu.

Emma dapat ditempatkan dalam sebuah ruangan dengan 2 tempat tidur, dan diletakkan di antara kedua tempat tidur itu.

Robot ini dapat memijat satu pasien, sementara terapis manusia di ruangan yang sama memberikan pijatan kepada pasien kedua, sebelum akhirnya bergantian.

Ini artinya, Emma bisa selalu memijat seorang pasien dan memaksimalkan produktivitas klinik. Selain itu, staf klinik bisa dikurangi dari 5 orang menjadi 3 orang saja, karena Emma mengambil alih 2 tugas staf tersebut.

Robot pemijat ini memiliki sebuah layar sentuh dengan sebuah artikulasi robot akan bentuk tubuh utuh manusia dengan 6 sudut bebas. Maksudnya, Emma dapat bergerak maju, mundur, ke atas, turun, ke kiri dan ke kanan, dikombinasikan dengan putaran sekitar 3 garis lurus.

Di akhir pijatan, robot ini akan memberikan dua pijatan lembut yang terbuat dari silikon, yang dapat menghangatkan untuk kenyamanan.

(Baca juga: Bisa-bisa Dokter Manusia Enggak Berguna Lagi: Robot di China Berhasil Lakukan Bedah Gigi Tanpa Bantuan Manusia)

Emma juga memiliki fungsi sensor dan diagnose yang dapat mengukur secara tepat pijatan akan urat dan otot pasien.

Data setiap pasien yang terkumpul itu lalu dikirimkan ke sebuah server, lalu komputer dengan kepintaran buatan (AI) itu memberikan tekanan yang tepat untuk dilakukan selama prosedur pemijatan.

AI dapat pula melacak dan menganalisa kemajuan dari pasien dan memberikan suatu laporan umum. Dari laporan ini, terapisnya dapat mengukur tingkat kesembuhan seorang pasien.

Karena manfaat ini, Albert Zhang berharap Emma dapat menjadi sebuah model bisnis bagi klinik-klinik lainnya di masa datang. Ia juga menargetkan Emma dapat dipasarkan di Amerika Serikat dan China.

Rasa bangga akan Emma juga disebutkan oleh CEO di Nanyang Technological University dan ketua NTUinitive, Dr. Lim Jui. Ia bangga telah memandu Albert Zhang dalam visinya untuk memberikan solusi perawatan kesehatan yang terjangkau bagi pasaran di Singapura, sekaligus bisa mengatasi masalah nyeri kronis yang dialami oleh para manula.

(Baca juga: Lucu, Robot Anjing Asal Jepang Ini Bisa Mengendus Kaki yang Bau Bahkan Bisa Pingsan Jika Baunya Terlalu Tajam)