Pakar Pendidikan: Masih Banyak Orangtua yang Memandang Pendidikan Tidak Berdampak untuk Masa Depan Anak

Moh Habib Asyhad

Penulis

Grid Networks Tantangan mengatasi angka putus sekolah, salah satunya adalah masih banyaknya orangtua yang memandang pendidikan tak memberi dampak untuk jangka panjang.
Tantangan mengatasi angka putus sekolah, salah satunya adalah masih banyaknya orangtua yang memandang pendidikan tak memberi dampak untuk jangka panjang.

Intisari-Online.com -Suhaeni Kudus, pakar pendidikan dari United Nation Children’s Fund (Unicef) mengungkapkan, “Di Indonesia, ada 56 juta orang usia sekolah, 10 persen di antaranya tidak dapat bersekolah.”

Baru-baru ini, Philips Lighting Indonesia, bekerjasama dengan Unicef mencoba membantu angka 10 persen itu untuk kembali bersekolah.

(Baca juga:Pelukis Affandi di Mata Anak Perempuannya: Hari Buruh, Seks, Seni, dan Pendidikan Anak)

Suhaeni mengungkapkan, tantangan mengatasi angka putus sekolah, salah satunya adalah masih banyaknya orangtua yang memandang pendidikan tak memberi dampak untuk jangka panjang.

Selain itu, mereka yang sudah terlanjur putus sekolah juga sulit diarahkan kembali mau bersekolah.

Melalui kampanye “Terangi Masa Depan”, Philips Lighting Indonesia dan Unicef akan melakukan penelitian tentang jumlah anak yang tidak sekolah.

Selama ini data anak tidak sekolah secara sensus lokasi masih kurang.

(Baca juga:Terpaksa Putus Sekolah, Gadis 10 Tahun Ini Rawat Kakeknya yang Lumpuh karena Stroke)

Hasil penelitian itu nantinya akan digunakan untuk perencanaan bantuan pendidikan.

Bagaimanapun juga, perencanaan bantuan pendidikan tanpa data yang valid maka tidak akan tepat sasaran.

Unicef bergerak dengan memberikan advokasi ke pemerintah dengan memberikan data sensus angka putus sekolah.

Dari angka yang didapat, diharapkan pemerintah dapat mengoptimalkan peningkatan angka partisipasi anak bersekolah. Unicef membutuhkan waktu tiga tahun untuk melakukan sensus angka putus sekolah ini.

(Baca juga:Di Indonesia, Sarana dan Prasarana Pendidikan Inklusi untuk Anak Berkebutuhan Khusus Masih Kurang)

(Melina Ikwan)

Artikel Terkait