Find Us On Social Media :

Senjata Ilegal: Belajar dari Equatorial Guinea, Negara yang Hampir Dikudeta oleh Pemasok Senjata

By Ade Sulaeman, Senin, 2 Oktober 2017 | 13:30 WIB

Untuk menjaga keamanan terhadap aset-aset negaranya, Nguema antara lain mempercayakan kepada lembaga keamanan swasta yang dipimpin Simon Mann.

Kemampuan Mann untuk mengamankan aset Nguema tak diragukan lagi.

Apalagi Simon Mann merupakan pendiri lembaga keamanan Sandline Internasional dan Excecutive Outcomes serta telah memiliki reputasi internasional.

Namun ketika menyadari masa depan Guinea tampaknya akan diwariskan kepada putra Obiang Nguema yang dianggap kurang kooperatif, Mann dan komplotannya lalu merencanakan kudeta dengan cara menculik dan sekaligus membunuh Presiden Obiang Nguema.

Apalagi selama berkuasa Obiang cenderung memperkaya diri dan tak peduli pada rakyatnya yang masih menderita.

Simon Mann antara lain bekerjasama dengan tokoh yang nanti sudah disiapkan untuk mengganti Obiang Nguema, Severo Moto yang yakin kudeta akan sukses, saat itu (2004) sedang bersiap-siap di Madrid, Spanyol.

Puluhan tentara bayaran asal Portugis yang pernah dipimpin Mann menumpas gerilyawan di Angola juga telah diberangkatkan.

Dalam penerbangan secara rahasia mereka mampir di Zimbabwe untuk mengambil logistik.

Sedangkan untuk penyandang dana kudeta, Mann menggandeng Mark Thatcher, putera mantan PM Inggris Margareth Thatcher.

Mark selama ini dikenal sebagai investor di Guinea dan telah menjalin kerjasama dengan Mann. Khususnya untuk pengadaan dana serta transportasi logistik.

Namun kudeta yang dirancang Simon itu akhirnya gagal karena pemerintah Zimbabwe yang curiga lalu menahan pesawat yang ditumpangi Simon dan anak buahnya.

Mereka dikenai tuduhan telah melanggar aturan imigrasi, kepemilikan senjata ilegal dan menggunakan fasilitas Zimbabwe untuk melancakan kudeta terhadap Guinea.