Find Us On Social Media :

Inilah 'Warisan' Senjata Kimia Agen Oranye yang Disemprotkan Amerika Selama Perang Vietnam

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 30 September 2017 | 18:30 WIB

(Baca juga: Para Teroris Mulai Gunakan Senjata Biologi, Indonesia Perlu Makin Waspada)

Secara khusus, dioksin memiliki efek pada hormon yang disebut Dehydroepiandrosterone (DHEA), yang bertanggung jawab untuk menciptakan karakter pada pria dan wanita.

Dioksin merusak keseimbangan ini, yang menyebabkan masalah dan kerusakan kesehatan.

“Beberapa dekade setelah perkembangan industri dan bahan kimia yang dilepaskan selama Perang Vietnam telah menyebabkan tingginya kadar dioksin di tanah dan atmosfer dan orang-orang menyerap bahan kimia itu dari makanan yang mereka makan dan udara yang mereka hirup,” ujar Kido.

Dalam studi baru yang dipublikasikan di jurnal Science of the Total Environmen, para peneliti menganalisis 104 wanita beserta bayi mereka yang baru lahir dari dua lokasi yang dipilih dengan cermat.

Lokasi pertama berada di sebuah tempat di Vietnam Utara yang tidak diduduki oleh militer Amerika Serikat dan lokasi kedua adalah Bien Hoa, sebuah kota industri di mana Amerika menyimpan sekitar 50 persen Agen Oranye yang digunakan dalam perang tersebut dan setidaknya ada empat kebocoran yang terjadi antara 1969 dan 1970 di sana.

Meskipun ada eliminasi alami pada kadar dioksin dalam lima dekade terakhir, sampel lingkungan dan manusia di sekitar daerah itu masih menunjukkan adanya kandungan bahan kimia tinggi di sana.

Para ilmuwan menganalisis tingkat dioksin pada ASI ibu dan menguji sampel air liur non-invasif pada bayi untuk menguji kadar hormon DHEA.

Hasilnya menunjukkan peningkatan hampir tiga kali lipat DHEA pada bayi di daerah terkontaminasi dioksin dibanding bayi yang di luar wilayah itu. para peneliti menyimpulkan, ada perpindahan dioksin dari ibu ke bayi melalui pembuluh darah umbilikus dan ASI.

(Baca juga: Selain Cerminan Kehancuran Militer AS, Perang Vietnam Juga Menunjukkan bahwa Komunis Sulit Ditaklukkan)

“Studi kami menegaskan betapa sensitif dan rentannya anak-anak terhadap toksin lingkungan yang dialami orangtua mereka dan bahkan generasi sebelumnya,” tambah Prof. Kido.

Kini para periset berencana mengikuti pertumbuhan anak-anak itu hingga usia 10 tahun untuk menilai secara lebih akurat pengaruh endokrin paparan dioksin selama kehamilan dan awal kehidupan.