Find Us On Social Media :

Tentang Alimin yang Pernah Minum Air Seni Sendiri dan ‘Ketrucut’ karena Teriak ‘Hidup Bung Karno’

By Ade Sulaeman, Rabu, 27 September 2017 | 14:20 WIB

Sehingga ada seorang rekan (wartawan) yang mengatakan kepada saya, bahwa Soeroto memang muridnya Alimin.

Pada waktu pemberontakan PKI di Madiun, nama Alimin disebut-sebut lagi sebagai orang tawanan.

Dan di sebuah surat kabar yang terbit di Solo pernah saya membaca tulisan yang menyebutkan, bahwa selama di dalam tahanan itu Alimin sering minta candu.

Rupa-rupanya dia seorang peminum opium. Pemadat.

Yang keempat kali dan yang penghabisan kalinya saya melihat dan mendengarkan Alimin berpidato ialah di Surabaya.

Setelah tahun limapuluhan. Dewasa itu PKI/SOBSI dan lain-lainnya sedang getol-getolnya menghantam Pemerintah dengan KMB-nya.

Juga dalam rapat umum yang diselenggarakan oleh golongan kiri di sebuah tanah lapang di Jalan Indrapura ini tidak ketinggalan Alimin mengucapkan pidatonya.

Dia beragitasi dan menjelek-djelekkan pemerintahan RI, termasuk Bung Karno dan Bung Hatta, terutama Bung Hatta.

Tetapi, sewaktu dia hendak menyudahi pidatonya dia berteriak, “Hidup Kawan Stalin! Hidup PKI! Hidup Bung Karno!" dan mendapat sambutan yang hangat dari publik.

Dia meneriakkan “Hidup Bung Karno" itu agaknya ketrucut, sebab pada waktu itu seperti yang sudah ditulis di atas, PKI sedang getol “mengganyang” negara dan pemerintah RI. Ini, ada pemimpin PKI kok menyerukan: Hidup Bung Karno.

Hal yang demikian itu tentu saja tidak luput dari perhatian wartawan.

Sewaktu Alimin tiba kembali di Jakarta oleh sang wartawan memang lalu ditanyakan langsung kepadanja.

“Untuk apa dan mengapa Alimin menyerukan Hidup Bung Karno? Padahal PKI menjalankan politik tidak mendukung Pemerintah KMB ini?"

Alimin memang orang lecet, pandai menjawab dan ad-rem. Ujarnya: “Saya serukan: ‘Hidup Bung Karno’, apabila dia memang betul-betul suka berjuang untuk kepentingan rakyat.”

Padahal, seperti yang sudah saya tulis diatas, Alimin mengutarakan: Hidup Ini, Hidup Itu dan Hidup Bung Karno tadi, ialah karena ketrucut, Slip of the Tongue, belaka.

Setahu saja Alimin meninggal dunia di Jakarta, beberapa waktu sebelum kaum komunis yang tergabung dalam PKI berontak dalam bentuk G-30-S tahun 1965 yang lalu.

Itulah pengalaman saya dengan Alimin yang saya hayati sendiri.

Simak artikel tentang Tan Malaka pada tautan berikut ini.

(Haji Subagyo I.N. dalam artikel berjudul "Ketemu Alimin dan Tan Malaka" yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 1971)