Find Us On Social Media :

Tentang Alimin yang Pernah Minum Air Seni Sendiri dan ‘Ketrucut’ karena Teriak ‘Hidup Bung Karno’

By Ade Sulaeman, Rabu, 27 September 2017 | 14:20 WIB

Intisari-Online.com – Adalah suatu laziman, bahwa orang mengenal nama dan baru kemudian mengenal serta melihat pribadinya.

Nama Tan Malaka misalnya, sudah saya dengar sejak saya masih di sekolah Guru zaman sebelum perang, karena disebut dalam koran serta majalah Indonesia pada masa itu.

Alimin, Muso dan Tan Malaka. Pemimpin-pemimpin komunis yang “licin bagaikan belut” yang berani memberontak terhadap Belanda tetapi kemudian melarikan diri keluar negeri.

Juga penulis kenamaan (pada waktu itu) Matu Mona (nama samaran dari Hasbullah Parinduri dan kini memimpin majalah “Selecta" di Jakarta) menuIis di Medan buku “Rol Pacar Merah Indonesia" yang merupakan best-seller pada sekitar tahun 40-an.

Juga dibibliotheek Taman Pustaka Muhammadiyah yang letaknya di Jalan Ngabean Yogya, buku tersebut tercatat sebagai buku yang paling laris.

Buku itu mengisahkan rol yang pernah dipegang oleh Ibrahim Gelar Sutan Malaka yang kemudian lebih dikenal dengan Tan Malaka.

Asyik sekali kita membacanya. Lebih-lebih disitu juga dikisahkan tentang pemimpin-pemimpin gerakan Indonesia lainnya, kendatipun dengan memakai nama singkatan.

Ilyas Jacoub misalnya disebut Ilyasac, seorang pemimpin Permi (Persatuan Muslimin Indonesia) di Sumatera Barat yang diduga dibuang Belanda ke Digul.

(Kemudian saya tahu, bahwa setelah di Australia Iliasac dan beberapa tokoh lainnya yang semula dikenal “revolusioner" lalu menyeberang, bersedia bekerja sama dengan Belanda).

Tidak dinyana tidak disangka, bahwa pada suatu ketika di dalam hidup saya, ketiga orang yang namanya sering disebut-sebut sebagai pemimpin yang berani menentang penjajahan dan kemudian terpaksa dibuang keluar negeri itu saya pernah mengenalnya.

Kendatipun hanya sesaat hanya untuk “sekelebatan” saja. Tentang apa yang saya kenal diri Muso sudah pernah saya uraikan dalam Intisari yang terbit bulan Desember 1970.