Bukan Taiwan Apalagi Jepang, Ternyata Malah Negara Asia Tenggara Ini yang Diprediksi Akan Digempur Oleh China Pertama Kali Jika Perang Amerika-China Benar-Benar Terjadi

Afif Khoirul M

Penulis

Baik Amerika maupun China, keduanya sama-sama membawa kapal induk ke wilayah sengketa Laut China Selatan.

Intisari-online.com - Seperti yang kita tahu ketegangan antara China dan Amerika terus meningkat dari waktu ke waktu.

Bahkan, kedua negara ini terus unjuk gigi pamerkan kekuatan tempurnya di Laut China Selatan.

Baik Amerika maupun China, keduanya sama-sama membawa kapal induk ke wilayah sengketa tersebut.

Tensi keduanya pun saling memanas dan tak hanya Amerika dan China, beberapa negara sekitar Laut China Selatan pun juga demikian.

Baca Juga: Setelah 3 Tahun Bermimpi, Akhirnya Pria Ini Berhasil Tangkap Buaya Raksasa Usai Dikuntit di Sungai: 'Terbesar yang Pernah Saya Lihat'

Termasuk negara seperti Taiwan yang kini menjadi musuh alami China, sekaligus sekutu Amerika.

Dan juga Jepang yang merupakan negara yang sudah lama bermusuhan dengan China sejak Perang Dunia II, sekaligus menjadi sekutu Amerika.

Meskipun kedua negara tersebut dipandang cukup dekat dengan Amerika sekaligus menjadi musuh China.

Ternyata bukan dua negara itu yang bakal menjadi incaran China pertama kali, karena menurut sebuah laporan justru negara Asia Tenggara ini yang diicar China.

Baca Juga: Inilah 5 Militer Paling Kuat di Dunia, Ternyata China yang Tentara Aktifnya Paling Banyak Bukan Peringkat Pertama

Menurut 24h.com.vn pada Jumat (30/10/20), laporan itu mengatakan, China kemungkinan bakal melancarkan serangan ke Filipina.

Lokasi strategis antara Laut Cina Selatan dan Pasifik membuat Filipina sangat mudah menjadi sasaran pertama Cina, kata Jenderal Bautista dalam forum yang diselenggarakan baru-baru ini, menurut SCMP.

Jendral Bautista mencontohkan jalur strategis di Selat Ba Si, terletak persis di sebelah Batanes, kepulauan Babuyan di Filipina dan Selat Mindoro, Cebu, Balabac, San Bernardino, Surigao di kepulauan Filipina.

"Jika kami ingin mendominasi Laut China Selatan, ini akan menjadi posisi strategis yang dibidik China," kata Bautista.

Jenderal Bautista bertugas di militer Filipina selama lebih dari 30 tahun, menjabat sebagai kepala staf angkatan bersenjata, dari 2013 hingga 2014.

Ia juga pernah menjadi komandan Satgas Nasional di perairan barat Filipina. Pasukan ini berdiri pada tahun 2016.

Meski China selalu menegaskan pendiriannya tidak menginginkan perang, Bautista menunjukkan bahwa Beijing menjadi semakin agresif, tidak hanya di titik panas di laut tetapi juga di perbatasan dengan India.

Baca Juga: Untung Saja Tawarannya Ditolak Oleh Mahathir, Malaysia Mengaku Pernah Nyaris Bangkrut Jika Saja Tawaran Proyek Raksasa China Ini Saat Keuanganya Dinyatakan Amburadul

"Sengketa kedaulatan di Indo-Pasifik adalah hot spot yang dapat memicu perang AS-China," kata Bautista.

"Begitu perang pecah, China akan mengambil kendali atas Filipina, untuk mengambil posisi strategis," tambahnya.

Sebaliknya, AS akan melakukan segala upaya untuk menghentikan, tidak hanya karena perjanjian pertahanan antara kedua negara, tetapi juga untuk menghentikan ekspansi China di Pasifik.

Menurut Bautista, militerisasi pulau-pulau buatan China di Laut China Selatan merupakan ancaman langsung bagi Filipina.

Dari daerah tersebut, rudal dan jet tempur China hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk mencapai kepulauan Filipina.

Menanggapi skenario perang yang disebutkan oleh Jenderal Bautitsta, analis pertahanan Collin Koh mengatakan di SCMP bahwa China perlu menetralkan ancaman di Filipina untuk memperluas jalannya ke Pasifik.

"Jika pasukan AS hadir di Filipina, mereka akan menjadi sasaran pertama serangan China," kata Koh.

Baca Juga: Padahal Indonesia Sudah Pasrah Saat Timor Leste Memilih Untuk Merdeka, Tak Disangka Rakyat Timor Leste yang Pro-Indonesia Justu Lakukan Aksi Tak Terduga Ini

"Tentara China juga dapat mendarat di Filipina untuk menstabilkan situasi politik di negara ini, sebagai batu loncatan dalam perang dengan AS," tambahnya.

Koh menambahkan bahwa Filipina adalah bagian dari strategi "rantai pulau pertama Amerika", yang mencakup Jepang dan Taiwan.

Jika China ingin mengalahkan AS, China perlu menetralkan ancaman di rantai pulau pertama, kata Koh.

Tetapi China tidak perlu menduduki seluruh Filipina untuk mencapai tujuan tersebut, cukup untuk mengontrol jalur laut strategis,ungkap Koh.

Dalam sidang Senat pada 12 Oktober, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan militer Filipina hanya mencapai seperempat dari rencananya untuk memastikan kemampuan pertahanan.

Lorenzana mengatakan bahwa meski dengan angkatan laut dengan kapal perang modern, angkatan darat tidak memiliki senjata yang lengkap.

Artikel Terkait