Di museum juga ditampilkan sepatu khusus. Misalnya pesanan Angkatan Darat AS untuk tentara di Vietnam tahun 1960-an. Solnya dibuat serupa sol sandal para Vietkong, agar jejak mereka tersamar.
Ada pula sepatu mengerikan karena dasarnya ditanami batang logam bergerigi seperti gergaji, mirip alat penyiksa.
Temyata sepatu itu untuk menginjak-injak buah berangan di Prancis di abad XIX. Air perahannya dipakai dalam industri kulit.
Sebaliknya, sepatu-sepatu terbuka warna-warni dari Bolivia tampak aman, padahal ujungnya dipasangi logam dan solnya berpaku-paku, yang bisa mematikan bila untuk berkelahi.
Aktor Robert Redford menyumbang sepasang sepatu koboi. Koboi sejati memakai lars mirip serdadu AS zaman Perang Saudara.
Haknya rendah, longgar di kaki, dengan bagian depan lebar. Itu berbeda dengan sepatu koboi dalam film, yang berhak tinggi, bagian depan lancip dan dihiasi paku-paku serta jahitan.
Sepatu koboi film diilhami milik penunggang kuda Spanyol. Ujung lancip memudahkan sepatu masuk sanggurdi, dan hak tinggi mencegah tergelincir dari sanggurdi.
Sayangnya, tidak dipamerkan sepatu dari Australia yang terbuat dari jalinan rambut manusia campur bulu emu.
Konon sepatu itu dipakai algojo bangsa Aborigin, padahal umumnya orang Aborigin seharian bertelanjang kaki.
Rupanya, sepatu itu untuk menyamarkan jejak dan melindungi anonimitasnya.
Kaus kaki Napoleon
Di bagiqn "Star Turns", dipamerkan sepatu orang terkenal. Ada sepatu milik mantan PM India, Indira Gandhi dan Marilyn Monroe.
Sepatu tertutup merah keunguan buatan tahun 1985 bekas milik Putri Diana ada di museum ini. Juga sepatu bersol tebal berhiaskan permata milik Elton John.
Sepatu itu menyulitkan dia bermain piano, tapi membuatnya lebih tinggi 12,5 cm.
Ada juga lars loreng-loreng mirip zebra bekas milik Picasso, sepatu tertutup berhak tebal berwarha pink menyala punya Madonna, dan sepatu pantofel putih biru yang lama dipakai raja rock Elvis Presley.
Sayangnya, museum ini tidak menyimpan sepatu Napoleon. Yang ada cuma kaus kakinya. Napoleon memang tidak suka memakai sepatu baru. la biasa menyuruh orang lain memakainya dulu.
Kalau sudah enak, baru ia pakai. Tapi di sini ada sepatu lars musuh besar Napoleon, Duke of Wellington. Wellington memesannya sesaat sebelum mengalahkan Napoleon di Waterloo.
"Melestarikan sepatu meluaskan pengetahuan tentang cara hidup yang hampir punah," kata Sonja yang ingin mengoleksi sepatu dari kebudayaan asli yang tidak dikenal luas.
Sekarang museumnya sudah memamerkdn paduka, sandal jepit tradisional India bersol tebal dengan pentolan dari gading atau perak. Saat di India, ia sering menukar alas kaki yang dipakai orang di jalan dengan sepatu baru dari pabriknya. (Alyse Frampton/HI)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 2000)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR