Bunga-bunga yang telah layu ditumpuk menjadi satu untuk diangkut dengan truk dan dijadikan pupuk tanaman untuk The Kensington Garden.
Saya kagum dengan cara kerja mereka. Sebagai tenaga sukarela yang tidak dibayar, mereka memperlakukan bunga-bunga tersebut dengan cukup telaten.
Salah satu ungkapan yang mereka ucapkan, "These flowers laid with love, lifted in sorrow. It's a sad job, but I'm honoured to do it.".
Dengan demikian, para pengunjung yang telah dengan sukarela mengeluarkan uang untuk mengungkapkan perasaan dukanya dapat melihat langsung bahwa bunga-bunga untuk Putri Diana tidak dibuang dengan main serok saja.
Kerepotan dan biaya yang timbul akibat kepergian Diana memang "bukan main".
The Kensington Garden yang biasanya terlihat hijau asri dengan rumput-rumputnya yang subur tampak gersang karena mati terinjak-injak.
Biaya membalas kartu-kartu, bunga-bunga yang paling sedikit di atas 250.000 kartu masih terus bertambah.
Truk-truk pengangkut bunga hilir mudik beberapa kali untuk mengangkut bunga yang telah layu dan bertambahnya sampah di berbagai tempat.
Belum lagi biaya dan kerepotan penambahan penjagaan keamanan secara keseluruhan.
Memang kelihatannya seperti pemborosan. Namun Diana tidak memintanya.
Seikat bunga atau sekuntum bunga yang harganya sesuai dengan kemampuan pengirimnya ternyata mampu berbicara kepada dunia betapa Putri di Hati Semua Orang ini telah merebut hati banyak orang.
Semua bunga yang dikirim dari berbagai belahan dunia itu tidak memperlihatkan tendensi promosi bagi perigirimnya, entah perusahaan atau pribadi.
Saat kembali ke tanah air, saya melihat bunga-bunga Diana di samping tanda-tanda bukti kedukaan lainnya itu merupakan bukti nyata bahwa bunga merupakan ungkapan perasaan yang terdalam.
Inilah bahasa khusus pengirimnya. Katakanlah dengan bunga!
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi November 1997)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR