Urusan senggama yang dibahas panjang lebar oleh Vatsyayana semata-mata untuk memperhalus energi kita.
Ia tidak memberi pedoman, "Janganlah kau melakukan hal ini, janganlah kau bertindak seperti itu."
Ia memberi teknik-teknik, di antaranya yang dapat kita lakukan bersama pasangan kita di atas ranjang, supaya kehewanian di dalam diri kita mendapatkan penyaluran.
Sehingga energi di dalam diri dapat ditingkatkan.
Nafsu dapat diolah menjadi cinta, dan cinta menjadi kasih.
(Baca juga: Falsafah Kama Sutra adalah Soal Cara Hidup yang Penuh Lembap)
Nafsu hanya menuntut. Cinta tidak sekadar menuntut. Ia juga memberi.
Tetapi yang diberikannya setimpal dengan apa yang diterimanya.
Kasihitu memberi, memberi, dan memberi. la tidak menuntut, tidak peduli dibalas atau tidak.
Itulah falsafah hidup di balik Kama Sutra.
Itulah tujuan Vatsyayana ketika menyusun kembali teks-teks kuno dan memilih apa saja yang masih relevan di zamannya, kemudian disebutnya Kama Sutra.
Sebab itu, Vatsyayana juga tidak berpretensi bahwa apa yang ditulisnya itu berlaku sepanjang masa.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR