Advertorial

Kencang Sekali! Kecepatan Lion Air JT 610 Saat Menabrak Laut 550 Km/Jam

intisari-online
,
Yoyok Prima Maulana

Tim Redaksi

 Berdasarkan analisis awal, pesawat Lion Air JT 610 tidak meledak di udara tapi jatuh ke permukaan laut dengan kecepatan sangat tinggi.
Berdasarkan analisis awal, pesawat Lion Air JT 610 tidak meledak di udara tapi jatuh ke permukaan laut dengan kecepatan sangat tinggi.

Intisari-online.com - Berdasarkan analisis awal, pesawat Lion Air JT 610 tidak meledak di udara tapi jatuh ke permukaan laut dengan kecepatan sangat tinggi.

Salah satu pihak yang menyatakan hal terseburt adalah Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT) Soerjanto Tjahjono.

Dia menduga, menduga pesawat Lion Air JT 610 hancur saat jatuh membentur permukaan air di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat (29/10).

Soerjanto meyakini bahwa pesawat tidak meledak di udara karena serpihan pesawat tidak menyebar jauh dari titik jatuhnya pesawat.

Baca Juga : Lion Air JT 610 Jatuh: Conchita Caroline Ceritakan Kondisi Pesawat Malam Sebelumnya, Deru Mesin Aneh dan Lantai Panas

"Kalau pecah di udara, sebarannya berkilo-kilo. Tapi, ini kan cuma di titik itu saja," ujar Soerjanto seperti dilansir Kompas.com.

Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang tersebut mengangkut 178 orang dewasa, 1 anak, dan 2 bayi, serta 7 awak pesawat lainnya.

KECEPATAN 300 KNOT ATAU 550 KM/JAM

Situs web Flight Radar menyajikan informasi berkaitan dengan beragam aktivitas penerbangan yang terpantau radar, termasuk penerbangan nahas Lion Air JT 610.

Hingga saat ini, data pemantauan penerbangan seperti yang tersedia dari Flight Radar masih menjadi sumber informasi mengenai 13 menit penerbangan sebelum hilang kontak.

Data yang didapat sudah memunculkan sejumlah pertanyaan.

Terlebih lagi, beredar informasi bahwa pilot sempat meminta izin berputar kembali ke bandara asal.

Dari data Flight Radar, yang menyediakan pula versi detail berupa dokumen worksheet di dalamnya, terlihat lonjakan kecepatan pesawat pada menit ketiga setelah lepas landas.

Kecepatan pesawat terpantau mencapai kisaran 300 knot, sementara pesawat bahkan belum mencapai ketinggian jelajah di kisaran 10.000 feet, dan terpantau naik turun tidak stabil.

Data itu memperlihatkan, pesawat terus berada di kecepatan sekitar 300 knot, dengan ketinggian tertingginya tak sampai 6.000 feet.

Bila dikonversi, kecepatan 300 knot setara sekitar 550 km/jam.

Adapun ketinggian 6.000 feet setara sekitar 1.800 meter dari permukaan tanah.

Baca Juga : Lion Air JT610 Jatuh: Kotak Hitam, Komponen Inti untuk Menguak Kecelakaan Pesawat yang Sebenarnya Berwarna Oranye

"Bila membaca data itu, ada indikasi overspeed selama penerbangan dari menit ketiga sampai kecepatan dan keberadaan pesawat hilang dari data radar pada menit ke-13 di ketinggian sedikit di bawah 4.000 feet," kata praktisi dan pengamat penerbangan, Yayan Mulyana, saat dihubungi Kompas.com (29/10).

Dalam standar dunia penerbangan, kata dia, untuk ketinggian di bawah jelajah maka kecepatan maksimal pesawat seharusnya tidak melebihi 250 knot.

Kecepatan ini dipantau lewat alat bernama airspeed indicator di kokpit pesawat.

Kalaupun ada situasi yang membuat batas aturan keselamatan penerbangan itu terlanggar, alat tersebut akan membunyikan clackers warning sebagai pengingat bagi pilot untuk segera mengendalikan kecepatan.

Namun, tegas Yayan, data apa pun yang hari ini sudah beredar belum dapat mengungkap apa yang terjadi sesungguhnya dalam 13 menit penerbangan Lion Air JT 610 tersebut.

Karenanya, ujar dia, sebagaimana juga diungkapkan oleh setiap otoritas, penyebab kecelakaan ini harus menanti hasil investigasi KNKT yang salah satunya lewat analisis kotak hitam pesawat.

PERISTIWA LANGKA

Meski begitu, Yayan menyebut kecelakaan ini cukup langka karena terjadi di tahap yang semestinya merupakan fase climbing.

Rata-rata kecelakaan pesawat terjadi pada saat lepas landas atau dalam proses pendaratan, bukan pada posisi climbing atau sesudahnya di ketinggian dan kecepatan jelajah, sekalipun selalu ada saja perkecualian.

Terlebih lagi, secara terpisah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan kecelakaan ini tidak terkait dengan kondisi cuaca di jalur yang dilintasi pesawat Lion Air JT 610.

Sementara itu, Boeing sebagai perusahaan pembuat Boeing 737 Max 8 yang dipakai untuk Lion Air JT 610, mengeluarkan pernyataan di situs web-nya mengenai musibah tersebut.

Boeing menyatakan bersiap menyiapkan pendampingan teknis untuk investigasi atas kecelakaan tersebut.

Meski begitu, Boeing menyatakan pula bahwa investigasi kecelakaan pesawat akan berada di bawah arahan KNKT, sebagai praktik jamak internasional.

Baca Juga : Lion Air JT 610 Jatuh, Begini Cara Pilih Tempat Duduk Paling Aman di Pesawat

Artikel Terkait