Advertorial

Menurut Pengamat Penerbangan, Ini 2 Kemungkinan Penyebab Jatuhnya Lion Air JT 610

Moh. Habib Asyhad
Intisari Online
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh menggunakan jenis boeing 737 MAX-8 yang baru dua bulan mengudara.
Pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh menggunakan jenis boeing 737 MAX-8 yang baru dua bulan mengudara.

Intisari-Online.com -Setelah mengalami hilang kontak pada Senin (29/10) pagi pukul 06.33 WIB, pesawat Lion Air JT 610 dipastikan jatuh di Laut Jawa, persisnya di perairan dengan Karawang, Jawa Barat.

Pesawat nahas tujuan Pangkalpinang itu jatuh 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banteng.

Penyebab jatuhnya pesawat itu masih menimbulkan tanda tanya.

Baca Juga : Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh di Laut Jawa: Berapa Lama Proses Pembusukan Jasad di Air?

Apalagi, pesawat Lion Air yang jatuh ini menggunakan jenis boeing 737 MAX-8 yang baru dua bulan mengudara.

Ditemui di kantor Kompas Gramedia Majalah di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, memaparkan dua kemungkinan penyebab jatuhnya pesawat JT 610.

“Pertama karena sistem yang bermasalah, meski belum diketahui masalahnya apa, dan satu lagi mungkin teknis, yang berkaitan dengan mesin,” katanya.

Dudi menyakini bila dua faktor ini menjadi penyebab jatuhnya pesawat.

Sebab, sebelumnya pilot sempat ingin return to base alias kembali ke Soekartno-Hatta.

“Sebelum dia jatuh, pilot kasih tahu ke menara bahwa dia ingin RTB (return to base),” imbuh Dudi.

Sayangnya, ketika menara ATC ingin menanyakan lebih lanjut mengenai alasan ia ingin kembali, pesawat sudah terlanjur hilang kontak.

Dudi menyayangkan tidak ada orang atau saksi mata yang melihat bagaimana posisi pesawat terjatuh.

Baca Juga : Lion Air Pernah Telantarkan Penumpangnya Selama 3 Hari karena Pesawatnya Menabrak Burung

Jika mengetahui posisinya, maka dapat dianalisis lebih lanjut penyebab pasti pesawat jatuh.

"Sulit untuk mengetahui penyebabnya saat ini. Namun, dua hal ini (kesalahan sistem dan teknis) lah yang menjadi fokus saya," ujarnya.

Dudi menambahkan, kebenaran mengenai jatuhnya pesawat ini baru bisa diungkap apabila ditemukannya black box atau kotak hitam dari cockpit voice recorders (CVR), yang merupakan rekaman data penerbangan. (Nesa Alicia/National Geographic Indonesia)

Artikel Terkait