Advertorial

Tokoh Sumpah Pemuda: Dibelit Kemiskinan di Masa Tua, Ini Isi Pesan Terakhir W.R. Supratman

Muflika Nur Fuaddah
Moh. Habib Asyhad
Muflika Nur Fuaddah
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

WR. Supratman yang akhir hidupnya dibelit kemiskinan telah menjadi salah satu tokoh sumpah pemuda. Dengan sumbangan lagunya yang nasionalis.
WR. Supratman yang akhir hidupnya dibelit kemiskinan telah menjadi salah satu tokoh sumpah pemuda. Dengan sumbangan lagunya yang nasionalis.

Intisari-Online.com- Tokoh sumpah pemuda, selain terdiri dari panitia penyusun Kongres Pemuda Pertama yang melanjutkan misi persatuan bangsa hingga terikrarkan Sumpah Pemuda 1928, juga memunculkan musisi nasionalis yang sekarang menjadi Pahlawan Nasional.

Ia adalah WR. Supratman, wartaawan sekaligus musisi yang memiliki sebuah biola model Amatus berukuran 4/4 atau standar.

Pada 28 Oktober 1928, di depan peserta Kongres Pemuda Kedua di Gedung Kramat 106 Jakarta, Lagu bernafaskan kebangsaan 'Indonesia Raya' ciptaan Supratman pun diperdengarkan untuk pertama kalinya.

BAGAIMANA LAGU 'INDONESIA RAYA' TERCIPTA?

Baca Juga : Ratu Elisabeth II Tidak Boleh Pidato Tanpa Teks, Memangnya Kenapa?

Ketika pergerakan makin hangat-hangatnya, dari Yogyakarta muncul anjuran agar komponis Indonesia menciptakan lagu yang bisa dijadikan lagu kebangsaan.

WR. Supratman pun begitu gembira, berhari-hari, siang malam dia mempersiapkan lagunya.

Hari ke delapan, jam lima pagi dia berhasil menyelesaikan not sebuah lagu yang dirasa bersemangat dan mencerminkan semangat rakyat yang tak bisa dirantai.

Baca Juga : (Foto) Mengenang Tragedi Bintaro: Catatan Hitam dalam Sejarah Kereta Api

Supratman yakin lagu karangannya cocok dengan jiwa bangsa Indonesia yang sedang bangkit dari tidurnya yang lelap.

Dalam menyuun syairnya, Supratman teringat pidato Bung Karno di Bandung yang pernah didengarnya:

"Airnya kamu minum, nasinya kamu makan. Abdikanlah dirimu padanya. Kepada Ibu Pertiwi, Ibu Indonesia."

Dia kemudian menetapkan judul lagu ciptaannya, "Apa salahnya kalau aku namakan Indonesia Raya?", tanyanya pada diri sendiri.

Baca Juga : Dikunjungi Nikita Willy, Bhutan Merupakan Negara Paling Bahagia Tapi Warganya Pikirkan Kematian 5 Kali Sehari

Tanggal 22 Desember 1928 Supratman menulis surat ke pengurus Gedung Perhimpunan Indonesia di Kramat, Jakarta.

Isinya pemberitahuan telah tercipta sebuah lagu yang bersemangat dan berirama mars.

Dia minta diberi kesempatan untuk memperdengarkan lagunya, "Kalau pun tak dapat dipakai sebagai lagu pergerakan atau kebangsaan, memadailah kalau diperdengarkan", tulisnya.

la ingin memperkenalkan lagu barunya di kongres Pemuda Kedua 28 Oktober 1928.

Baca Juga : Rawat Korban Penembakan Massal, Seorang Perawat Ingin Bunuh Diri Setelah Tahu Pelakunya Adalah Anaknya Sendiri

Lagu Indonesia Raya kemudian diterima sebagai lagu perjuangan,pembangkit semangat dan tersimpan rapat di hati tiap orang.

Salinan lagu itu kemudian dicetak dan habis terjual, hinggamempercepat penyebarannya.

Semua orang sibuk menghafalkannya, tak mau kalah satu dengan yang lain.

Baca Juga : Jadilah Sosok yang Pengertian, Ini 9 Bahasa Tubuh dan Tanda-Tanda Wanita yang Jatuh Cinta pada Anda

Meski begitu, roda kehidupan terus berjalan, kadang WR. Supratman menjadi pusat perhatian namun kadang juga terlupakan.

Wage dua kali menikah, tapi dua-duanya berakhir tanpameninggalkan keturunan.

Dia sebagai pengarang mulai dilupakan orang.

Hidupnya dibelit kemiskinan, semua barang habis dijual untuk makan dan berobat.

Baca Juga : Bunyi Sumpah Pemuda yang Asli Timbulkan Perdebatan, Bagian Inilah yang Kemudian Diubah

Tanggal 16 Agustus 1938 keadaannya makin melemah.

Terbangun sebentar dia hanya meninggalkan pesan "serahkan lagu Indonesia Raya pada badan kebangsaan", dan itulah pesan terakhirnya.

Baca Juga : Tokoh Sumpah Pemuda: Yamin Mampu Cetuskan Sumpah Pemuda Berkat Istri yang Suka 'Meronda'

Tanggal 17 Agustus 1938, dalam usia 34 tahun Wage Rudolf Supratman meninggal.

Artikel Terkait