Menurut saya, secara keseluruhan, Andong boleh dikatakan sebagai museum alam terbuka. Karena, lingkungan alamnya berbukit-bukit. Ada yang rindang ditumbuhi pepohonan cemara, tapi ada juga yang berserakan batu cadas di mana-mana, bagai suiseki raksasa.
Keindahannya disempurnakan oleh beberapa sungai yang berkelok manis, merayap di sela-sela perbukitan.
Baca Juga : 7 Keunikan di Korea Selatan, Salah Satunya Sesama Pria Berpelukan!
Rasa mistis
Kota kecil itu dipenuhi pohon pinus, maple, dan ginko, yang dapat berubah warna dari hijau ke kuning keemasan sampai merah darah pada musim rontok, serta pohon bunga meihoa yang cantik pada musim semi.
Lingkungan jadi makin menarik dengan dibangunnya kuil dan bangunan khas arsitektur Korea, sehingga rasa mistis agak meremang dalam hari saya.
Yang mungkin tak ada di tempat lain adalah adanya perkampungan dari marga-marga yang telah tiba pada keturunan ke tujuh. Ini menunjukkan, bangsa Korea amat menghargai warisan leluhur.
Lebih terlihat dengan masih berdiri kukuh pusat studi Confucianism, yang telah berusia ratusan tahun. Walau kini sudah tidak dipergunakan lagi untuk mendidik calon pegawai kerajaan, segala pernak-pernik upacaranya masih dipelihara, masih diurus pegawai berseragam Korea kuno dengan topi khasnya, top hat.
Baca Juga : Social Experiment: Mas Gunawan vs Bule di Korea Selatan, Dia Mendapat Perlakuan yang Miris!
Memang, Andong menjadi pusat Confucianism, yang di bawah dinasti Yi (1392 - 1910) pernah dijadikan agama negara. Meski sesungguhnya negara merdeka, saat itu Korea berada di bawah perlindungan Tiongkok.
Karenanya, sewaktu Korea diserbu Jepang pada tahun 1593, pasukan Korea berhasil mengalahkan tentara Jepang berkat bantuan Tiongkok.
Pusar diobral
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR