Advertorial
Intisari-Online.com – Di desa terpencil di Yaman utara, ada banyak keluarga termasuk anak-anak yang kelaparan.
Mereka tidak makan apa pun kecuali daun pohon anggur lokal yang direbus untuk dibuat menjadi pasta hijau asam.
Fakta tersebut lantas membuat badan-badan bantuan internasional terperangah oleh tingkat penderitaan di sana.
Apalagi ketika pusat kesehatan utama di distrik Aslam dibanjiri puluhan anak-anak yang kurus kering.
Baca Juga : John Lie, Tentara Sekaligus Penyelundup Senjata yang Sering Kelabui Patroli Kapal Perang Belanda
Anak-anak balita tersebut sangat kurus, mata menonjol, dan duduk di bak cuci plastik yang digunakan dalam skala pengalihan saat para perawat menimbang mereka satu per satu.
Bahkan sanking kurusnya mereka, tungkai dan lutut yang melengkung.
Menurut perawat yang memeriksa kondisi mereka, kondisi anak-anak balita tersebut bisa dibilang sudah masuk tahap terburuk malnutrisi.
Fakta lain, setidaknya 20 anak diketahui telah meninggal karena kelaparan tahun ini..
Jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi, karena beberapa keluarga melaporkan kematian anak-anak mereka ketika mereka meninggal di rumah, kata para pejabat.
Di salah satu desa, seorang balita berusia 7 bulan, Zahra, menangis dan meminta makanan kepada ibunya.
Masalahnya adalah sang ibu juga menderita kekurangan gizi dan tidak dapat menyusui Zahra. Fatalnya lagi dia tidak bisa membeli susu formula untuk anaknya..
“Sejak hari dia lahir, saya belum punya uang untuk membeli susu atau membeli obatnya,” kata ibu Zahra.
Baca Juga : Pada Suatu Masa, Jumlah Wanita Pernah 17 Kali Lipat dari Jumlah Pria, Ini Waktu dan Penjelasannya
Sebelumnya, Zahra dirawat di pusat kesehatan. Namun ketika kembali ke rumahnya, kondisinya semakin buruk.
Tanpa uang, orangtuanya tidak mampu menyewa mobil atau sepeda motor membawa Zahra kembali ke klinik.
Padahal menurut Mekkiya Mahdi, kepala pusat kesehatan, jika mereka tidak membawa Zahra kembali ke klinik, Zahra bisa meninggal dunia.
"Kami berada di abad 21, tetapi karena perang, kondisinya jadi seperti ini,” kata Mahdi.
Setelah Mahdi berkeliling desa dan melihat semua orang hidup dari pasta daun, dia mengaku shock.
"Ketika saya pulang dan saya tidak bisa memasukkan makanan ke mulut saya. Saya sangat terpukul melihat kondisi mereka.”
Kelaparan yang semakin memburuk di Aslam adalah tanda kesenjangan dalam sistem bantuan internasional yang sudah kewalahan dan di bawah tekanan dari pemerintah setempat.
Baca Juga : Hewan dengan Berat Setengah Ton dan Telur Raksasa Ini Pernah Hidup Berdampingan dengan Manusia
Akibatnya satu-satunya bantuan yang di dapat adalah dari rakyat Yaman sendiri atau kematian karena kelaparan akan meluas di negara lain.
Dalam enam bulan pertama tahun ini, provinsi Hajjah, di mana Aslam berada, mencatat ada 17.000 kasus kekurangan gizi akut parah, lebih tinggi daripada dalam catatan setahun penuh, kata Walid al-Shamshan, kepala bagian gizi Kementerian Kesehatan di provinsi itu.
Anak-anak yang kekurangan gizi yang sebelumnya dirawat kembali ke klinik dalam kondisi yang lebih buruk, jika mereka berhasil kembali.
"Kematian terjadi di desa-desa terpencil di mana orang-orang tidak dapat mencapai unit kesehatan," kata al-Shamshan.
Diketahui perang saudara di Yaman telah menghancurkan kemampuan negara yang sudah rapuh itu untuk memberi makan penduduknya.
Perang itu menuduh pemberontak Syiah dikenal sebagai Houthis, yang menguasai utara, melawan koalisi pimpinan Saudi, bersenjata dan didukung oleh Amerika Serikat.
Akibat perang tersebut, sekitar 2,9 juta wanita dan anak-anak mengalami kekurangan gizi akut, di mana 400.000 anak lainnya tengah berjuang dari kelaparan.
Fakta lain, Aslam adalah salah satu distrik termiskin di negara ini, dengan ratusan desa kecil, beberapa terisolasi di pegunungan tinggi di jantung Houthi.
Populasinya 75.000 hingga 106.000 termasuk penduduk setempat.
Baca Juga : Kenapa Path Gagal Berkembang, Bangkrut, dan Akhirnya Tutup?