Kami beranjak lebih jauh ke dalam, melewati batas sanctuarium (tempat kudus). Ada peringatan tertulis dipancang di sana, yang melarang orang membuat potret. Di sebelah kanan, dalam sebuah almari kaca tua, terpajang akte kelahiran dan pembaptisan Shakespeare.
Kertasnya sudah kuning dan usang, tulisannya berhias-hias, dengan tinta hitam. Di sebelah kiri, ada bejana baptis dari marmer yang tak jelas lagi warnanya dan sudah sumbing karena aus. Kata orang, di sinilah Shakespeare dibaptis dengan nama William.
Seluruh tempat di depan altar dipenuhi tumpukan karangan bunga. Indah sekali dan mengharukan. Jelas, orang ini begitu dihormati. Masih sempat terbaca pada pita-pitanya, siapa atau kelompok-kelompok mana yang mempersembahkan karangan-karangan bunga itu.
Ada yang dari Liberia, New Zealand, Jamaica, Moskow, Australia, Zaire, Amerika Selatan, Muenchen dan Iain-lain. Saya cari-cari, tapi tidak ada karangan bunga dari Indonesia.
Baca Juga : Simak 3 Kisah Cinta Kuno Sebelum Era Romeo dan Juliet, Ceritanya Tak Kalah Menyentuh dan Tragis
Pada lantai sebelah kiri di depan altar, ada satu bidang persegi empat yang bersih dari karangan bunga. Lantai itu bukan marmer. Lantai semen belaka. Itulah makam penyair besar William Shakespeare. Sangat sederhana. Tanpa hiasan.
Hanya ditandai sebuah nisan kecil hitam, dengan tulisan emas: Makam Penyair William Shakespeare, 1564-1616.
Karena dilarang membuat potret, maka saya minta teman saya, Walter untuk membantu saya melakukan "pencurian". Ia harus memperhatikan agar jangan ketahuan oleh penjaga.
Setelah diperhitungkan baik-baik, maka Walter berdiri tegak sebagai tembok penghalang, dan saya berjongkok di depannya untuk membuat foto. Satu kali, dua kali.
Baca Juga : Seperti Romeo dan Juliet Pasangan Lansia Ini Meninggal Sambil Berpegangan Tangan, Oh So Sweet!
Siang itu kami melanjutkan perjalanan ke Hadzor, sebuah kota kecil di sebelah barat, untuk menghadiri suatu pertemuan. Sorenya baru kembali dan mampir lagi di Stratford.
Kami makan dulu di sebuah restoran Cina dan malamnya menonton pementasan Romeo & Juliet dalam Royal Shakespeare Theatre. Teater ini mengkhususkan diri dalam pementasan karya-karya Shakespeare.
Letaknya persis di tepi sungai Avon. Saya sudah beberapa kali menonton Romeo & Juliet, baik pementasannya maupun filmnya. Tapi menontonnya di kota kelahiran Shakespeare tentu meninggalkan kesan tersendiri.
Baca Juga : Romeo dan Juliet ala Toraja yang Tak Terpisahkan Hingga di Alam Kematian
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR