Sebagai gambaran, tahun 1992 di, Rusia terdapat 1,5 juta pecandu dan pemakai tak tetap obat bius. Nah, pada saat yang sama keuntungan perdagangan obat bius naik dari 4 miliar ke 15 miliar rubel - hasil ini sebelum dilakukannya pemanenan dengan cara yang lebih modern.
Baca juga: Mafia Amerika Tak lagi Menyeramkan, Inilah Lima Gangster Terbesar di Dunia Saat Ini
Menurut Alexander Sergeev, kepala unit antinarkotik, Kementerian Dalam Negeri, para mafioso Rusia ini sudah bekerja sama dengan para godfather dari Sisilia, Italia.
Selain memasarkan amphetamine dan kokain ke Wina, Budapest, serta Frankfurt, tahun 1992 mereka memasok heroin kepada klan mafia Sisilia di New York. Bahkan menurut Interpol, mereka telah menandatangani MOU dengan para pedagang kokain Jerman dan Belanda serta kartel dari Kolombia.
Melangkah ke luar
Mendadak Rusia kini merupakan lahan subur beroperasinya mafia internasional. "Keadaan ini persis seperti pada saat kota-kota di Texas dilanda booming minyak," ujar Robert Strauss, duta besar AS di Moskwa.
Kini mafia Amerika dan Sisilia yang sudah teriebih dulu merambah dunia pasar gelap, dengan dana sekitar AS $ 7,8 miliar akan mampu membeli sumber alam Rusia, dan akan menjual ke dunia Barat dengan keuntungan 300 - 400 kali lipat dalam bentuk dolar.
Baca juga: Ada Jaringan Mafia di Belakang Bajak Laut Somalia
"Ada untungnya, Tirai Besi itu kini sudah terkuak," ujar Boris Uvarov, penyelidik urusan kriminal di Kejaksaan Agung Rusia, "tapi itu sekaligus merupakan perisai bagi dunia Barat. Terbukanya pintu gerbang kami amat membahayakan dunia.
Mafia Amerika dengan amat mudah bisa bermitra dengan para penjahat Rusia, begitu pula Eropa akan dengan mudah menjawil koleganya di Rusia.
Akibatnya bisa ditebak, bersama-sama mereka akan menguasai Eropa. Tak seorang pun mampu untuk menghentikan langkahnya.
Sebentar lagi, dunia akan mengenal mafia Rusia. (TST/Djs)
Baca juga: Bos Mafia Paling Dicari di Italia Ini Berhasil Dibekuk di Balik Lemari
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR