Advertorial
Intisari-Online.com – Sebagaimana setiap perubahan selalu menimbulkan perubahan lain, begitu juga yang terjadi di Uni Soviet.
Runtuhnya republik sosialis melahirkan Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS).
Di sisi lain dunia kejahatan di negeri Tirai Besi yang tidak pemah diketahui orang ini pun mulai menggeliat.
Mafia Rusia yang potensinya tak kalah dengan koleganya di Amerika maupun Sisilia, segera merambah dunia.
Mari kita simak tulisan berikut ini yang diambil dari Majalah Intisari edisi Juni 1994, dengan judul asli Runtuhnya Komunis Kebangkitan Mafia Rusia.
Ibaratnya, kamus ilmu kejahatan mengenal 50 macam entri arti kata kerja "mencuri", jaringan mafia Rusia memakai dan "menerjemahkan" semuanya tanpa pilih-pilih.
Baca juga: Misteri Hilangnya Kapal Selam Nuklir K-219 Milik Soviet di Bermuda yang Tak Ditemukan Hingga Kini
Bisa dikatakan sisi gelap negeri Tirai Besi ini merupakan lahan tindak kejahatan tersibuk di dunia, tempat berkumpulnya begitu banyak organisasi kriminal yang terdiri atas 5.000 geng serta hampir sejuta anggota yang terlibat dalam hiruk pikuk di dalamnya.
Wilayah operasinya meliputi seluruh kawasan di bekas 15 Republik Sovyet, melampaui 11 zone waktu, dan menguasai seperenam wilayah Uni Sovyet. Sepak terjang mafia Sovyet ini sudah menyusup ke hampir setiap perhatian dunia Barat, terlibat dalam kelahiran pasar bebas, privatisasi, dan perlucutan senjata.
Masyarakat mafia Rusia adalah sebuah kumpulan berbagai macam jenis penjahat tanpa memandang derajat kualitas tindak kejahatannya.
Berbeda dengan para Don yang ada di Sisilia, Italia, yang lebih dulu terkenal, mafia Rusia tidak mempunyai basis tempat khusus atau komando sentral. Mereka pun tidak memakai jalur klan keluarga ataupun hubungan darah sebagai ikatan profesi.
Baca juga: 2 Misil Uni Soviet dari Perang Dingin Dilelang Rp575 juta, Bisa Angkut Hulu Ledak 150 Kg
Itulah sebabnya pertumbuhkembangannya mampu menginvasi hampir segala sisi kehidupan warga Sovyet. Betapa tidak? Mereka terlibat aktif dalam berbagai bentuk pemerasan, pencurian, pemalsuan barang, kontrak pembunuhan, penipuan, perjudian, pelacuran, penyelundupan senjata, lintah darat, pencucian uang, serta pasar gelap lain.
Bermula dari kejatuhan Kekaisaran Rusia, pasar gelap yang baru ini jauh mengungguli praktek serupa yang sudah tumbuh subur di kala pemerintahan Leonid Brezhnev. Ada kesan pemerintah memberi angin kepada mafia ini sebagai perwujudan untuk melemahkan ekonomi terpusat, dengan cara mempermudah pembelian barang-barang.
Alhasil, tangan-tangan kotor ini bisa membeli proteksi, melakukan penyelundupan, serta penyuapan saluran menuju Kremlin. Akhirnya, muncullah apa yang dinamakan korruptsiya ala komunis, yakni kolusi dan monopoli kekuasaan bersama antara para politikus dan penjahat.
Tak terlalu salah, memang, kalau suatu ketika Boris Yeltsin sampai berkata, "Korupsi kini semakin menggerogoti negeri ini dari atas sampai bawah."
Baca juga: 3 Senjata Uni Soviet yang Ditakuti Nazi, Salah Satunya Jet ‘Si Bungkuk’!
Pada tahun kejatuhan komunisme, 1991, Kementerian Dalam Negeri Sovyet mensinyalir, sekitar separuh pendapatan rata-rata fungsionaris pemerintahan berasal dari suap. Pada dekade akhir 1980-an, kantor Kejaksaan Agung Sovyet mencatat 225.000 pegawai pemerintah terjerat penggelapan, termasuk 18 orang pegawai Departemen Pemberantas Korupsi.
Yang ironis, 20.000 perwira polisi dipecat karena terbukti berkolusi dengan mafia. Jumlah yang terkumpul sampai tahun 1991 ini dua kali lipat pada masa Brezhnev.
Begitu parahnya mental aparat saat itu, sampai Alexander Gurov, kepala Departemen Keenam Pemberantasan Organisasi Kejahatan Kementerian Dalam Negeri, memperkirakan empat dari lima pegawainya terlibat kasus suap.
Kuasai 40% GNP
Itulah gambaran borok kronis ulah mafia yang meliputi aspek ekonomi, sistem perbankan, serta institusi politik.
Baca juga: Cantik Namun Mematikan, Inilah Roza Shanina Sniper Wanita Terbaik Milik Soviet
Antara tahun 1989 dan 1991 seiring dengan surutnya komunisme, mafia mulai unjuk gigi dengan aset mulai 1 sampai 130 miliar rubel. Jumlah yang sama dengan defisit nasional Sovyet.
"Di tahun-tahun mendatang jumlah kotornya bisa mencapai 200 miliar rubel," ujar Gurov di tahun 1991. "Dengan demikian organisasi kejahatan ini akan mampu menguasai 30 - 40% GNP negara."
Angka pembunuhan pun meningkat sampai jumlah yang amat memprihatinkan. Kalau dulu pejabat Kremlin mencela angka pembunuhan di Amerika, 60 orang/hari sebagai suatu pertanda kebejatan moral kaum kapitalis, kini seakan pemeo itu berbalik.
Tahun 1993 angka kematian akibat pembunuhan di kawasan Republik Rusia mencapai 80 orang/hari. Kebanyakan korban memang berasal dari masyarakat penjahat itu sendiri, semisal para pemabuk, korban perampokan bersenjata, dan perang antargeng.
Baca juga: Siap Tempur Lawan Rusia, Ukraina Siagakan Senjata Canggih yang Justru Pernah Diberikan Uni Soviet
Di lain pihak angka korban pembunuh bayaran pun meningkat, tahun 1992 mencapai 1.500 orang. Sementara tahun 1993, 10 direktur bank terbunuh. Sebagian besar karena menolak membeli tambahan pinjaman.
Yang mengenaskan adalah besarnya jumlah korban dari aparat kepolisian. Antara tahun 1989 dan 1992 sudah 1.000 polisi tewas di tangan penjahat.
Pada permulaan tahun 1992 hampir semua institusi Sovyet hancur, termasuk di dalamnya lembaga-lembaga penegak hukum. Departemen Keenam yang dibentuk Mikhail Gorbachev tiga tahun sebelumnya untuk memerangi tindak kejahatan, juga lumpuh berbareng dengan lembaga-lembaga nasional lainnya.
Tak ada satu pun otoritas terpusat untuk mengkoordinasikan operasi intelijen polisi, penanganan kejahatan, mengontrol 36.000 mil garis perbatasan. Nah, dalam situasi seperti ini satu-satunya organisasi yang masih bekerja dan beroperasi di CIS. adalah kelompok mafia.
Dalam waktu tak sampai tiga tahun, jumlah kelompok ini berlipat dua, dari yang hanya 2.500 menjadi 5.000 klan. Selain peningkatan sumber daya manusianya, kuantitas aset bisnis dan jaringan operasinya pun berkembang pesat.
Boleh dikatakan proses ini adalah yang paling cepat di seluruh bumi. Dibandingkan dengan pihak penertib hukum, kelompok mafia ini mempunyai dukungan finansial yang lebih kuat, begitu pula dengan peralatan persenjataan, sistem komunikasi, dan transportasi yang lebih canggih.
Bajingan, intelektuaL dan godfather
Secara sederhana potret organisasi mafia Rusia berbentuk seperti piramid klasik. Lapis paling bawah terdiri atas para pelaksana di lapangan dengan koordinator kepala geng yang menguasai wilayah tertentu.
Baca juga: Petinggi Uni Soviet: Soekarno Terlalu Suka Berpesta dan Berdansa
Sebagai contoh, Moskwa sekarang ini dikuasai oleh 20 geng kriminal – sebagian digolongkan secara ras, sebagian berdasarkan teritorial, yang lain dibedakan oleh spesifikasi bisnisnya - dengan personel anggota 6.000 orang bersenjata.
Dalam kehidupan sehari-harinya mereka tersebar di berbagai tempat dengan berbagai macam pekerjaan seperti di restoran, toserba, pompa bensin, tempat judi, pojok-pojok jalan Kremlin, toko bunga.
Tanpa ada perintah langsung, mereka beroperasi di bawah kendali "tangan-tangan tak kelihatan" yang akan memungut "uang setoran" tiap bulannya.
Kelompok mafia yang berasal dari Azerbaijan biasanya bergerak di perdagangan obat bius. Sementara mafia yang mengkhususkan diri dalam bisnis pembunuh bayaran datang dari suku Chenchen kawasan Kaukasus Utara, yang mempunyai sekitar 6.000 anggota.
Baca juga: Spionase Lewat Tinja: Ide Gila nan Rahasia Diktator Uni Soviet terhadap Mao Zedong
Mereka dikenal sebagai mafiosi Rusia andal yang akan melakukan apa saja tindakan ilegal.
Tingkat di atas lapisan gerigster, diisi oleh kelompok pemasok dan penjamin keamanan. Kelompok pemasok berfungsi sebagai pengawas sekaligus penyelia yang tugasnya meyakinkan bahwa kebijakan dari atas betul-betul dilaksanakan oleh lapisan bawah.
Sementara kelompok penjamin keamanan terdiri atas para warga negara terhormat seperti misalnya para wartawan, bankir, artis, atlet, politisi yang bertugas menyediakan informasi penting, bantuan resmi, dukungan sosial, dan perlindungan politis.
Lapisan paling atas dalam piramid ini tempat bercokolnya para godfather. Di tempat inilah kebijakan-tentang keadilan dan strategi digodok. Diperkirakan ada sekitar 700 godfather yang tersebar, baik yang masih bebas maupun yang mendekam di penjara.
Dengan peranan yang lebih bersifat ideologis ketimbang praktis, kaum godfather ini merupakan otak dunia mafia. Semua bentuk, pengaruh, dan perkembangan dunia kejahatan di negeri ini di bawah kontrol mereka.
Itu dikatakan oleh I Pavlovich, wakil kepala Departemen Keenam Kementerian Dalam Negeri Rusia.
Secara periodik mereka berkumpul di suatu tempat, untuk menyelesaikan masalah-masalah yang muncul di lapangan, semisal perselisihan kavling operasi, memutuskan standar operasi serta membuat kebijakan baru.
Kekuasaan mereka bisa melewati wewenang pemerintah. Hasil keputusan yang tidak bisa diganggu gugat akan dilaksanakan dengan patuh oleh semua jajaran sampai di tingkat bawah.
Dua cerita di bawah menggambarkan betapa mafia ini berhasil mentransformasikan diri menjadi suatu kekuatan yang dahsyat. Januari 1991, para godfather dari seluruh penjuru Rusia berkumpul untuk membicarakan keadaan darurat ekonomi.
Pasalnya, saat itu pemerintah secara mendadak menarik pecahan uang kertas senilai 50 dan 100 rubel dari peredaran sebagai upaya menghentikan larinya ke luar negeri secara ilegal serta mencegah mengalirnya "uang kotor" yang masuk.
Hampir setiap anggota mafia menyimpan secara gelap pecahan uang jenis tersebut karena pada saat itu merupakan satuan yang jumlahnya paling besar.
"Laporan di lapangan menunjukkan itulah pertama kalinya para mafiosi berkumpul dalam jumlah besar dan dalam waktu lama, membicarakan cara untuk menjual atau menukar uang kertas dengan yang baru sebelum akhirnya mereka larikan ke luar negeri," kata Gurov.
"Mereka juga memutuskan ke mana uang itu harus ditukar atau diselundupkan ke luar. Tak lupa, mereka menyisihkan seperempat dari total jumlah uang tersebut untuk menyuap pemerintah."
Malam itu juga mereka langsung bergerak secara rahasia. Tanpa kesulitan yang berarti ratusan juta rubel dicuci. Ironis memang, sementara rakyat jelata bersusah payah menabung sedikit demi sedikit uangnya di bawah kasur untuk menghindari petugas pajak, kaum mafia ini melakukan kejahatan besar dengan enaknya.
Beberapa bulan kemudian para godfather berkumpul kembali untuk membicarakan program peralihan ke pasar bebas yang dicanangkan Gorbachev. Mereka amat setuju dengan program tersebut.
Sebuah pasar bebas di Sovyet tak hanya berarti menjamin tingkat mobilitas mereka, memperlonggar hubungan dengan dunia luar, memungkinkan masuknya dolar, tetapi juga kesempatan untuk melipatgandakan jumlah anggota mereka.
Baca juga: Karena Salah Ketik, Misi Satelit Uni Soviet ke Orbit Mars Berantakan
Di lain pihak, lepas dari kebobrokan ekonominya, bagaimanapun negeri ini masih menyimpan sumber-sumber alam yang paling kaya di dunia. Itu berarti, sekali privatisasi berjalan, seluruh negeri itu akan siap untuk ditawarkan bahkan "dijual" ke pasar dunia.
Di -tengah situasi seperti ini, mafia Rusia siap membuat lompatan besar; dari hanya sekadar pemberi andil di bidang ekonomi menjadi pemiliknya. Tetapi para godfather ini belum begitu siap; mereka perlu persiapan untuk privatisasi, oleh karena itu kini mereka mengulur-ulur pelaksanaan program,pemerintah.
Selama itu pula mereka selalu bertemu untuk menggalang perdamaian antaranggota dalam rangka membanguh kekuatan dan basis yang mantap.
Hanya dalam beberapa minggu sebuah kantor berita Rusia melaporkan bahwa mafia telah berhasil memprivatisasi antara 50% dan 80% dari seluruh toko, toserba, apotek, hotel, dan perusahaan jasa di Moskwa.
Sekqrang ini, menurut Piotr Filipov, penasihat Yeltsin, mafia Rusia sudah menguasai 40.000 perusahaan yang sudah diprivatisasi serta mengumpulkan uang haram dari 80% bank dan perusahaan swasta negeri itu.
Baca juga: Proyek Azorian: Misi Rahasia Howard Hughes yang Melibatkan CIA dan Kapal Selam Soviet yang Hilang