Intisari-Online.com – Mulai Sabtu (27/5), kita memasuki bulan Ramadan, bulan ketika umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Puasa dimulai dari sebelum matahari terbit dan berbuka saat matahari terbenam.
Karena berdasarkan pergerakan matahari itu, maka lama berpuasa di beberapa negara berbeda-beda.
(Baca juga: Bagaimana Kaum Muslim Berpuasa di Midnight Sun, Tempat Matahari Bersinar 24 Jam Sehari?)
Ada yang sekitar 10 jam, namun ada pula yang sampai 20-an jam. Indonesia yang terletak di khatulistiwa (ekuator) tidak begitu terpaut jauh lama puasa dari tahun ke tahun.
Setiap tahun Matahari bergerak dari 23,5 derajat Lintang Utara (LU) ke 23,5 derajat Lintang Selatan (LS). Pada 21 Juni ia berada di 23,5 derajat LU, lalu bergerak ke 0 derajat (ekuator) pada 23 September, tiba di 23,5 derajat LS pada 22 Desember.
Dari sini kembali bergerak ke LU dengan mampir ke ekuator pada 23 Maret.
Tahun ini Ramadhan jatuh di bulan Mei – Juni. Di belahan bumi Utara masuk musim panas, yang berarti beberapa negara di sana akan melihat matahari lebih lama. Sebaliknya, di belahan bumi bagian selatan, masuk musim dingin. Alias matahari lebih banyak “ngumpetnya”.
Dengan posisi seperti itu, kaum muslim yang tinggal di negara-negara di kawasan benua Asia, berpuasa sekitar 14-16 jam. Kemudian mereka yang bermukim di kawasan benua Australia berpuasa selama 11 jam.
Sementara di kawasan benua Afrika, muslim berpuasa sekitar 11-14 jam, lalu 10-17 jam di kawasan benua Amerika.
Umat Islam di kawasan benua Eropa nampaknya relatif merasakan waktu berpuasa lebih lama bandingkan masyarakat di benua lain yakni 17-22 jam.
Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa negara dengan jam puasa terlama dan tersingkat.
Negara Terlama
Source | : | antaranews.com,kumparan.com |
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR