Intisari-Online.com – Riyono Pratikto mengisahkan pengalamannya berkunjung ke Lapangan Merah di Moskwa di Majalah Intisari edisi Juli 1964.
Pada hari pertama tiba di Moskwa, kami sudah mengadakan “peninjauan" keliling kota. Suatu saat, kami tiba pada suatu tempat yang terbuka dan ketika memandang sekeliling, perasaan, kami tersentak karena pemandangan itu seperti sudah dikenal : Lapangan Merah.
Saya segera mengambil alat potret dan mencoba memotret beberapa kali lewat jendela bis, ke arah Mausoleum dengan dibelakangnya tembok-tembok Kremlin, lalu kearah St. Basil's Cathedral. Melihat “kesibukan" saya ini, pengantar dengan tersenyum berkata.
“Kenapa tergesa-gesa? Kita bisa jalan-jalan kesini dengan tenang.”
Dan selama ada di Moskwa, beberapa kali saja mengunjungi tempat terbuka ini yang bernama Lapangan Merah. Sebuah tempat yang terbaik dari pada tempat-tempat terbuka di Moskwa serta panggung dari pada banyak peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Rusia atau Uni Soviet.
Kita kenal dengan parade-parade besar yang setiap tahunnja diadakan pada Hari Kemenangan Buruh tanggal 1 Mei, dan juga setiap tanggal 7 Nopember.
Kenapa bernama “Merah"?
Seperti pernah saya tulis, banyak salah paham diantara kita tentang gambaran Lapangan yang banyak terdapat dikota Moskwa. Yang kita bayangkan adalah tempat-tempat terbuka dengan ditumbuhi rumput. Tapi Lapangan-lapangan di Moskwa adalah tanpa rumput.
Baca juga: 3 Senjata Uni Soviet yang Ditakuti Nazi, Salah Satunya Jet ‘Si Bungkuk’!
Kebanyakan adalah tempat-tempat terbuka pada simpang-simpang jalan-jalan yang lebar-lebar itu. Bukan rumput, tapi beton atau batu-batu alam, seperti lajaknya jalan-jalan raya.
Juga kata “Merah" dalam nama Lapangan Merah, diasosiasikan dengan bendera Soviet Uni yang berwarna Merah. Atau adanya sebutan bagi kaum komunis dengan kaum merah.
Sejarah dari pada Lapangan Merah sangat erat hubungannya dengan perkembangan kota Moskwa sendiri. Lapangan tempat banyak pusat perdagangan itu, dinamakan “Merah", sebuah kata yang artinya lebih luas lagi: mengandung arti istimewa keindahan.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR