Advertorial
Intisari-Online.com – Kura-kura modern memiliki fitur tubuh yang khas.
Tetapi, ahli palenteologi menemukan hal berbeda pada fosil kura-kura berusia 228 juta tahun.
Fosil kura-kura tersebut menunjukkan mereka tidak bercangkang tetapi juga tidak memiliki gigi bergerigi.
Penemuan ini juga disertai gambaran kura-kura yang memberi pencerahan bagaimana hewan purba ini berevolusi.
Eorhynchochelys sinensis, yang berarrti "kura-kura pertama dengan paruh dari China", ditemukan oleh Institut China Paleontologi Vertikal dan peneliti Paleoantropologi Chun Li, Ph.D.
Temuannya ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature, Rabu 22 Agustus 2018.
E. sinensis, makhluk yang tak bercangkang ini telah memecahkan misteri dalam sejarah evolusi kura-kura.
Ini juga dianggap sebagai bukti “evolusi mosaik” di mana sifat-sifat dapat berevolusi secara independen dari satu sama lain dan pada tingkat yang berbeda.
"Asal usul kura-kura telah menjadi masalah yang belum terpecahkan dalam paleontologi selama beberapa dekade," kata Olivier Rieppel, seorang paleontolog di Chicago's Field Museum dan rekan penulis pada studi ini.
"Sekarang dengan Eorhynchochelys, bagaimana kura-kura berevolusi telah menjadi jauh lebih jelas."
Rendering dari kura-kura menunjukkan tubuhnya lebar, tidak terlihat cangkang yang khas dan tersenyum, mungkin karena tidak terbebani oleh cangkang yang berat.
Paruh juga tidak memiliki gigi bergerigi.
Eorhynchochelys juga menjawab sebagian dari banyak misteri evolusi kura-kura.
BACA JUGA:
Selama bertahun-tKlaim yang Menyebut Malas sebagai Penyebab Homo Erestus Punah adalah 'Bodoh'ahun, para ilmuwan memperdebatkan apakah nenek moyang kura-kura adalah bagian dari kelompok reptil yang sama dengan kadal dan ular.
Dewasa ini dikenal sebagai diapsid, atau apakah mereka adalah anapsid, kelompok reptil yang tidak memiliki dua lubang di sisi tengkorak mereka.
Kura-kura tak bercangkang menjawabnya.
“Dengan tengkorak diapsid, kita tahu bahwa kura-kura tidak terkait dengan reptil anapsid awal, tetapi sebaliknya terkait dengan reptil diapsid evolusioner yang lebih maju," kata Rieppel.
Para penulis mengatakan akan terus mempelajari kura-kura berusia 228 juta tahun ini, untuk semakin melengkapi temuannya.