Misalnya poster yang dikeluarkan tahun 1949. Poster itu bergambar dua tangan yang sedang berjabatan, tetapi tangan yang satu digambar lebih tinggi kedudukannya daripada tangan yang lain. Di bawah gambar tertulis:
Baca juga: Petikan Peristiwa pada Awal Masa Kemerdekaan, Saat Orang -orang Justru Bangga Bisa Hidup Sederhana
Dari Hindia-Belanda jang teratur ke Indonesia Merdeka jang teratur (Dari Hindia-Belanda yang teratur ke Indonesia Merdeka yang teratur – Red)
Gambar kedua tangan yang berjabatan itu dilingkari kata-kata: Pertjaja Mempertjajai (Percaya mempercayai – Red).
Boleh jadi pada mulanya masyarakat kita waktu itu tidak segera menyadari bahwa poster-poster macam di atas dibuat oleh pemerintah Nica, karena kata-kata terselubung yang mereka pergunakan. Barulah kemudian akan terasa sindiran dan ejekan tajam di belakang gambar dan kata-kata itu.
Tersimpan di Den Haag
Poster-poster perjuangan RI tidak hanya beredar di daerah gerilya saja, tetapi juga berhasil diselundupkan lalu disebarkan di wilayah pendudukan Belanda. Usaha ini terutama dilakukan oleh para pemuda pejuang yang tergabung dalam kelompok-kelompok laskar.
Baca juga: Bung Karno Pejuang Kemerdekaan yang Justru Semakin 'Sakti' Setelah Dipenjara Oleh Belanda
Sebagian dari poster dan selebaran yang diketemukan di wilayah pendudukan oleh Belanda lalu dibawa ke negerinya. Di antaranya ada yang masih tersimpan di Arsip Kerajaan Belanda (Algemeen Rijksarchief) di Den Haag sampai sekarang.
Tak perlu diragukan bahwa poster, selebaran, maupun bentuk grafis lainnya, memiliki arti pula sebagai media perekam kejadian dan peristiwa zaman. Karya-karya itu juga mencetuskan opini, mencatat reaksi, dan melukiskan suasana.
Dari poster-poster perjuangan, mereka yang tidak pernah mengalaminya bisa belajar meresapi suasana perjuangan itu, dan menerima warisan semangat kemerdekaan. Ada baiknya, jika Anda masih memiliki poster-poster bermakna historis, memeliharanya dengan baik.
Karya itu merupakan bagian dari warisan budaya bangsa.
Baca juga: Gara-gara Harus Memberikan Sumbangan pada Bung Karno, Diturunkan Pangkatnya di Istana Merdeka
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR