(Aku bekerja dari pagi sampai petang tidak mengindahkan capai-lelah, karena aku ingat pada saudara-saudaraku yang sedang mempertahakan kemerdekaan agama, nusa dan bangsaku, Aku menanam padi bukan menyediakan Belanda tetapi untuk bangsaku. Aku tahu bahwa Belanda ialah bangsa yagn kaya, tetapi Saudara-saudara harus pikir dulu, yang aku maksudkan bukan kaya harta bendanya, tetapi kaya utangnya, dan kaya kesalahannya, sehingga tak malu-malunya merampas harta benda kepunyaan rakyat (Indonesia). Aku serukan kepada petani, marilah kita bersatu. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Berontak terus sebelum si penjajah dari tanah air kita – Red)
Menanggapi peristiwa politik
Banyak pula poster yang dibuat berkaitan dengan peristiwa-peristiwa politik waktu itu. Poster-poster itu umumnya menyuarakan reaksi terhadap perundingan-perundingan antara RI dengan Belanda, seperti Persetujuan Renville, Roem-Royen, dan Iain-lain. Misalnya: Perselisihan Indonesia-Belanda, Batu Ujian bagi UNO.
Ada pula poster yang bernada memperingatkan agar berhati-hati terhadap taktik Belanda membentuk RIS (Republik Indonesia Serikat).
Ketika terjadi peristiwa pemberontakan PKI tahun 1948, pihak Kementerian Penerangan yang berpusat di Yogya juga mengeluarkan selebaran-selebaran.
Ada selebaran dengan foto-foto para tokoh PKI sebagai penerangan untuk memperingatkan rakyat serta mengenali para pemberontak. Ada pula selebaran berbahasa Jawa, dan berbahasa Indonesia, berisikan maklumat pemerintah.
Salah satu selebaran resmi yang dikeluarkan di Yogyakarta tanggal 17 Oktober 1948, berkaitan dengan Peristiwa Madiun, berbunyi:
Sukarna/Hatta tetap Pemimpin Negara kita. Djangan pertjaja pada tipu muslihat musuh dan kaum pengchianat. Presiden kita tetap Sukarno, Wakil Presiden kita tetap Hatta. Republik Indonesia tidak menjerahkan diri pada Belanda. Republik Indonesia tetap memperkuat diri untuk menghadapi musuh baik dari luar maupun dari dalam. Maka dari itu, djangan mengatjau atau merusak Negara-mu sendiri. Tiap2 pengatjau/pemberontak dilawan dengan segala kekuatan dan tenaga.
Baca juga: Museum Kartini: Gambaran Kesederhanaan, Keuletan dan Kegenitan Sang Pejuang Wanita Indonesia
Sembojan kita tetap: "SEKALI MERDEKA, TETAP MERDEKA" HIDUP REPUBLIK INDONESIA Hidup SUKARNO/HATTA
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR