Sampai di tengah desa, Amos terkejut dengan efek langsung dan ekstrem dari suhu dingin.
“Saya merasa ada yang mencengkeram kaki saya. Bahkan kadang-kadang air liur saya akan membeku menjadi jarum yang menusuk bibir saya.”
Sama halnya ketika menggunakan kamera.
“Saya harus menahan napas saat memotret. Sangat susah memfokuskan lesan kamera, ketika dingin mulai menguasai.”
Tanah di Oymyakon benar-benar beku. Akibatnya ada tiga hal.
Pertama warga tidak mungkin bisa mengalirkan pipa air ke rumah-rumah desa. Sehingga warga harus rela mandi di luar rumah.
Kedua mengubur orang mati sulit di Oymyakon. Sebelum penguburan, kebakaran besar harus dilakukan untuk menghangatkan tanah.
Ketiga karena tanah terlalu dingin untuk menanam sayuran, orang-orang di Oymyakon mengandalkan peternakan atau pekerjaan kota, seperti di pabrik pemanas di kota untuk mendapatkan pendapatan.
Amos juga mengatakan bahwa sangat sulit bertemu penduduk desa.
“Ketika mereka ke luar rumah, mereka memakai sarung tangan atau saling menggenggam.”
Terakhir, makanan yang sebagian besar mereka makan adalah ikan mentah beku, seperti ikan salmon atau bandeng. Bahkan hati kuda. Atau sup daging.
Mau coba tinggal atau berkunjung ke Oymyakon?
Penulis | : | |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR