Menariknya, Togu tidak ingin penggalangan dana dengan cara biasa. Caranya yang ia tempuh pun cukup nyeleneh.
Ia menyebutnya sebagai gerilya fundraising.
“Tahun 2012, akau berenang di Danau Toba, dari Parapat sampai Tuk-Tuk sejauh 9 km, untuk menggalang dana kapal,” ujar pria yang sebenarnya tak jago berenang itu.
Hasilnya, ia mengumpulkan dana Rp60 juta.
Baca juga: Tatang Koswara, Sniper Legendaris TNI yang Bertempur Tanpa Pamrih dan Menolak Tunjangan Veteran
Tahun 2015, ia berenang lagi menyusuri dinginnya Danau Toba, sepanjang 18 km.
Aksinya kalinya berhasil mengumpulkan dana untuk kapal belajar sebesar Rp120 juta. Kapal ini akan dipergunakan untuk mengjangkau desa-desa di pinggiran danau yang tidak bisa diakses dari jalur darat.
“Tahun depan aku akan triathlon,” ungkapnya, setahun yang lalu itu, cukup antusias.
Bagi Togu, berbuat bukanlah sebuah kesalahan. Filosofi ini telah membuatnya kecanduan berbuat baik.
Kalau tidak ada pikiran untuk membantu orang lain, rasanya aneh. Dengan mendedikasikan hidup untuk berbagi itulah, ia memperoleh kebahagiaan.
“Kebahagiaan yang tidak bisa dibeli di pajak Horas (pasar di Pematang Siantar) sana,” seru Togu.
Lepas dari itu semua, Togu ingin mengajak semua orang untuk berani memberi. Berbagi itu tidak melulu soal uang. Jika tidak ada uang, kita bisa memberi waktu, ide, dan tenaga.
Togu percaya, semakin iklas orang memberi, kehidupannya pasti akan selalu dipenuhi dengan rasa syukur.
Ketika ia ditanya apakah ia menyesal harus meninggalkan Inggris dan kembali ke Danau Toba, Togu menjawab tidak dengan mantap.
“Yang penting, kan aku sudah lihat salju,” ujarnya sembari berkelakar. (Tika Anggreni Purba)
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR