Intisari-Online.com – Anak remaja sekarang mungkin tidak pernah mengalami zaman itu, ketika slogan menjadi gaya hidup kita.
Setiap kurun waktu sejarah mempunyai mitos-mitos dan slogan-slogannya sendiri. Di bidang slogan, barangkali paling kaya ialah semasa Orde Lama.
Sampai-sampai ada orang asing yang membuat teori bahwa barangkali orang Indonesia sudah kembali lagi ke alam primitif, yang mempercayai bahwa kata-kata mempunyai kekuatan magis atau gaib.
Sama halnya seperti orang yang percaya akan kekuatan rapal atau mantra, yang berkhasiat menyembuhkan suatu penyakit.
Kalau kita mengenang kembali masa silam, itu tidak berarti bahwa kita ingin kembali ke masa itu, sesuatu yang tak mungkin.
Baca juga: Slogan Hanya Berisi Kata-kata Sampai Suatu Saat Kita Termakan Sendiri oleh Kata-katanya
Barangkali kita juga menjadi geli bercampur sedih, betapa hampir semua orang ikut-ikutan latah. Bagi yang tidak mengalami, bisa merupakan pelajaran, agar jangan sampai terjerumus dalam alam lambang dan semboyan hampa di masa mendatang.
Slogan mulai tumbuh sesudah tahun 1960. Salah satu di antaranya Ho lopis kuntul baris! Sebenarnya bukan ciptaan baru, tetapi sudah lama sekali dikenal orang Jawa.
Apa tepatnya artinya, tidak jelas. Hanya kita ketahui bahwa seruan itu diserukan beramai-ramai kalau orang bersama-sama mengerjakan sesuatu yang berat, misalnya mendorong benda besar dan berat. Konon seruan itu bisa mendatangkan kekuatan tambahan.
Istilah itu dipopulerkan kembali oleh almarhum Presiden Soekarno dalam beberapa pidatonya. Maksudnya agar rakyat menggalang kekuatan bersama secara gotong-royong.
Sejalan dengan itu orang dianjurkan ber-cancut taliwondo, yang artinya kurang lebih menyingsingkan lengan baju untuk bekerja keras. Arti harfiahnya ialah menyingsingkan dan mengikat kain yang dikenakan agar tidak menghalangi pemakainya bekerja.
Baca juga: Dalam Perang Brutal Ini, Ratusan Ribu Prajurit Kehilangan Nyawa Gara-gara Slogan Para Jenderal
Apa tujuan kerja keras? Menurut para pemberi amanat, untuk mencapai gemah ripah loh jinawi. Biasanya disambung dengan kalimat toto tentrem karto rahardjo, yang dimaksud ialah masyarakat adil makmur dan negara yang aman sentosa, biasanya diucapkan ki dalang dalam pelukisannya tentang negara ideal dalam pewayangan.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR