Canda di pagi hari
Sebagai sosok yang penuh karismatik, Soekarno juga dikenal sebagai sosok yang egaliter. Semua orang baginya sederajat, tak ada yang beda. Ia begitu memperhatikan bawahannya.
Selama delapan tahun mendampingi Soekarno, Bambang Widjanarko mengingat kebiasaan makan dan minum dari mantan menantu Tjokroaminoto itu.
Pagi hari Soekarno selalu minum kopi dan makan roti yang diolesi sedikit mentega dan gula. Saat minum kopi pagi di Istana inilah yang selalu seru. Soekarno selalu mengajak seluruh ajudan dan pegawai Istana untuk sarapan bersama.
Suasana penuh canda tawa selalu terjadi setiap pagi. Tak ada batas antara presiden dengan para bawahannya.
Soekarno juga sangat memperhatikan sopir Istana. Ia selalu bertanya apa sopir sudah beristirahat cukup. Selain itu, ia juga berpesan pada koki Istana yang merupakan warga Belanda, setiap hari harus ada roti keju untuk pengawalnya.
Hobi blusukan
Soekarno dikenal dekat dan mencintai rakyatnya, khususnya rakyat kecil. Ia sering menyusup di tengah rakyat, seperti ke pasar tradisonal dan warung nasi. Ia selalu siap menolong siapa pun.
Bahkan Soekarno pernah menjadi wali nikah rakyat biasa. Menurut Bambang Widjanarko, Soekarno sudah tiga kali menikahkan pasangan rakyat biasa, dari 1961 hingga 1965.
Kecintaan dan kepedulian Soekarno terhadap rakyat kecil dapat dilihat dari ideologi Marhaenisme yang dibuatnya. Nama Marhaenisme sendiri diambil dari nama seorang petani yang ditemuinya.
Selain itu, melalui Sarinah pengasuhnya sewaktu kecil Soekarno belajar untuk mencintai rakyat kecil.
Baca juga: Meski Menolak G30S, Pernyataan Presiden Soekarno Ini Dianggap Menyakiti Perasaan para Perwira TNI AD
Tanpa rasa takut
Jika menyangkut martabat bangsa, tak ada yang ditakuti Soekarno. Beberapa pemimpin negara asing pernah dibuat “mati gaya” oleh keberanian Soekarno.
Go to hell with your aid adalah ungkapan terkenal yang pernah dikatakan Bung Karno pada Amerika yang mencoba menekan Indonesia melalui diplomasi ekonomi.
“Persetan dengan bantuanmu! Lautan dolar tak akan dapat merebut hati kami,” ucap Soekarno dalam buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams.
Selain itu, Soekarno juga melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia akibat gerakan demonstrasi anti-Indonesia yang dilakukan oleh Malaysia dengan menginjak-injak lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila.
Indonesian dandy
Sejak aktif dalam pergerakan hingga menjadi presiden, Soekarno memang sangat memperhatikan penampilan.
Soekarno juga menjadi salah satu tokoh pergerakan atau pemimpin yang mempunyai ciri khas dalam berpakaian.
Dalam berbusana, Soekarno sangat memperhatikan detail penampilannya di depan publik, baik dari jenis pakaian, dasi, warna, rambut, hingga bahan pakaian yang digunakan.
Bahkan Soekarno merancang sendiri bentuk seragamnya sebagai presiden. Ia memadukan antara seragam militer dengan pejuang sipil (rakyat).
Busana khas yang sering dikenakan oleh Soekarno sewaktu memimpin adalah jas putih dengan empat saku yang menempel di luar, peci hitam, tongkat komando, dan terkadang memakai kacamata hitam.
Rudolf Mrázek, seorang professor sejarah di University of Michigan, menyebut gaya berpakaian Soekarno sebagai Indonesian dandy. (Esra – Intisari Agustus 2015)
Baca juga: Inggit Garnasih, Kartini Terlupakan Di Belakang Soekarno
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR