Advertorial
Intisari-Online.com – Hari ini, 6 Juni, adalah hari lahir Soekarno, Sang Proklamator kita.
Berikut ini kami sarikan bagaimana Soekarno, sebagai manusia biasa, yang senang bercanda tetapi juga bisa marah, namun tetap meminta maaf meski kepada anak buahnya.
Minta maaf
Suatu hari di Jakarta, Soekarno dalam keadaan sangat marah. Delapan pengawal dikumpulkan dan ditempeleng satu per satu.
“Saya mohon Bapak sabar dulu,” kata Letnan Kolonel Mangil Martowidjojo, Komandan Detasemen Kawal Pribadi Presiden, yang juga menjadi salah satu korban kemarahan.
Belum sampai habis bicara, Soekarno sudah membentak Mangil, “Diam!” Anggota pengawal yang baru saja menerima bogem mentah itu saling melihat dan tertawa kecil.
Setelah kembali ke istana, Soekarno memanggil Mangil dan berkata, “Mangil, kamu mau gak memaafkan Bapak? Bapak meminta maaf kepada anak buahmu.
Ternyata Bapak berbuat salah kepada anak buahmu,” ucap Soekarno.
“Tidak apa-apa, Pak,”jawab Mangil.
Belakangan diketahui, Soekarno telah menerima laporan yang salah dari orang lain mengenai salah satu anak buah Mangil.
Jarang pakai sendok
Selama ini, sosok Soekarno lebih dikenal sebagai seorang politikus yang brilian dan orator ulung.
Namun, ternyata dalam kehidupan sehari-hari pria kelahiran Surabaya itu, sama dengan rakyat biasa terutama dalam hal makan. Tak ada yang mewah atau luar biasa dalam hidangannya.
Seperti yang ditulis Mangil Martowidjojo, mantan komandan Datasemen Kawal Pribadi Presiden Soekarno, dalam bukunya yang berjudul Kesaksian tentang Bung Karno 1945- 1967 itu mengungkapkan, kebiasaan makan Bung Karno sangat sederhana.
Bung Karno juga jarang menggunakan sendok dan garpu. Sang proklamator ini lebih suka menggunakan tangan.
Nasi yang dimakan hanya satu mangkuk kecil. Sayuran yang disukai adalah sayur lodeh dan sayur asem. Untuk lauknya telur mata sapi. Menu lainya yang disukainya, yakni ikan asin dan sambal.
“Sambalnya tak boleh dipindah dari cobek,” ujar Mangil.
Berpantang alkohol
Sebagai presiden pertama Indonesia, Soekarno dikenal memiliki pergaulan internasional yang luas.
Ia gemar pesta, musik, dan dansa. Namun ada satu prinsip yang dipegangnya sebagai seorang Muslim, pantang minum alkohol, di mana pun, dalam acara apa pun.
Dalam banyak pertemuan seperti lawatan ke luar negeri atau berada di nightclub di luar negeri, Soekarno selalu menjauhi minuman beralkohol. Khusus baginya disediakan air jeruk.
Suatu ketika sekitar 1950-an, Soekarno diajak Presiden Tito dari Yugoslavia menghadiri ramah tamah di nightclub Hotel Metropole Beograd.
“Seperti biasa, Bung Karno hanya minta air jeruk. Dia memang tidak pernah minum alkohol,” kenang mantan ajudan Presiden Soekarno, Bambang Widjanarko dalam buku Sewindu Dekat Bung Karno.
Penyanyi kamar mandi
Salah satu kebiasaan Soekarno yang tak bisa dilupakan oleh teman-temannya adalah bernyanyi di kamar mandi.
Lagu yang paling sering dinyanyikan adalah lagu-lagu berbahasa Belanda. Namun, ia juga suka menyanyikan lagu-lagu berbahasa Indonesia.
Terkadang, ketika sedang asyik bernyanyi, Soekarno menjadi lupa diri hingga tidak menyadari jika suaranya terdengar hingga keluar dan mengganggu orang lain.
Satu kali Soekarno menyanyi di kamar mandi dengan cukup keras. Ternyata bagi Sjahrir hal itu dirasakan ribut, hingga Sjahrir berteriak, “‘Houd je mond’,” tulis Dr. Z Yasni, dalam bukunya Bung Hatta Menjawab.
Menurut Bung Hatta, kejadian itu terjadi saat Soekarno, Sjahrir, dan Agus Salim, menjadi tahanan Belanda, di Prapat, Sumatra Utara.
Dari beberapa lagu berbahasa asing, One Day When We Were Young karya komponis terkenal Johann Straus menjadi lagu yang paling sering dinyanyikan oleh Bung Karno. Ia sangat senang menyanyikan lagu itu, hingga banyak teman-temannya ikut hafal.
Canda di pagi hari
Sebagai sosok yang penuh karismatik, Soekarno juga dikenal sebagai sosok yang egaliter. Semua orang baginya sederajat, tak ada yang beda. Ia begitu memperhatikan bawahannya.
Selama delapan tahun mendampingi Soekarno, Bambang Widjanarko mengingat kebiasaan makan dan minum dari mantan menantu Tjokroaminoto itu.
Pagi hari Soekarno selalu minum kopi dan makan roti yang diolesi sedikit mentega dan gula. Saat minum kopi pagi di Istana inilah yang selalu seru. Soekarno selalu mengajak seluruh ajudan dan pegawai Istana untuk sarapan bersama.
Suasana penuh canda tawa selalu terjadi setiap pagi. Tak ada batas antara presiden dengan para bawahannya.
Soekarno juga sangat memperhatikan sopir Istana. Ia selalu bertanya apa sopir sudah beristirahat cukup. Selain itu, ia juga berpesan pada koki Istana yang merupakan warga Belanda, setiap hari harus ada roti keju untuk pengawalnya.
Hobi blusukan
Soekarno dikenal dekat dan mencintai rakyatnya, khususnya rakyat kecil. Ia sering menyusup di tengah rakyat, seperti ke pasar tradisonal dan warung nasi. Ia selalu siap menolong siapa pun.
Bahkan Soekarno pernah menjadi wali nikah rakyat biasa. Menurut Bambang Widjanarko, Soekarno sudah tiga kali menikahkan pasangan rakyat biasa, dari 1961 hingga 1965.
Kecintaan dan kepedulian Soekarno terhadap rakyat kecil dapat dilihat dari ideologi Marhaenisme yang dibuatnya. Nama Marhaenisme sendiri diambil dari nama seorang petani yang ditemuinya.
Selain itu, melalui Sarinah pengasuhnya sewaktu kecil Soekarno belajar untuk mencintai rakyat kecil.
Baca juga: Meski Menolak G30S, Pernyataan Presiden Soekarno Ini Dianggap Menyakiti Perasaan para Perwira TNI AD
Tanpa rasa takut
Jika menyangkut martabat bangsa, tak ada yang ditakuti Soekarno. Beberapa pemimpin negara asing pernah dibuat “mati gaya” oleh keberanian Soekarno.
Go to hell with your aid adalah ungkapan terkenal yang pernah dikatakan Bung Karno pada Amerika yang mencoba menekan Indonesia melalui diplomasi ekonomi.
“Persetan dengan bantuanmu! Lautan dolar tak akan dapat merebut hati kami,” ucap Soekarno dalam buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams.
Selain itu, Soekarno juga melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia akibat gerakan demonstrasi anti-Indonesia yang dilakukan oleh Malaysia dengan menginjak-injak lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila.
Indonesian dandy
Sejak aktif dalam pergerakan hingga menjadi presiden, Soekarno memang sangat memperhatikan penampilan.
Soekarno juga menjadi salah satu tokoh pergerakan atau pemimpin yang mempunyai ciri khas dalam berpakaian.
Dalam berbusana, Soekarno sangat memperhatikan detail penampilannya di depan publik, baik dari jenis pakaian, dasi, warna, rambut, hingga bahan pakaian yang digunakan.
Bahkan Soekarno merancang sendiri bentuk seragamnya sebagai presiden. Ia memadukan antara seragam militer dengan pejuang sipil (rakyat).
Busana khas yang sering dikenakan oleh Soekarno sewaktu memimpin adalah jas putih dengan empat saku yang menempel di luar, peci hitam, tongkat komando, dan terkadang memakai kacamata hitam.
Rudolf Mrázek, seorang professor sejarah di University of Michigan, menyebut gaya berpakaian Soekarno sebagai Indonesian dandy. (Esra – Intisari Agustus 2015)
Baca juga: Inggit Garnasih, Kartini Terlupakan Di Belakang Soekarno