"Begitu pada organisasi kampus, tidak pernah ikut berpartisipasi," ujar rekannya itu.
Teman yang terus dalam kelas yang sama dengan IN mulai dari semester awal ini menambahkan, pertemuan terakhirnya dengan IN terjadi saat memasuki semester 6.
Saat itu, IN terlihat mengubah cara berpakaiannya dengan menggunakan penutup muka.
"Kalau sebelumnya, seringnya cuma pakai penutup muka warna hijau yang untuk melindungi dari debu itu," tuturnya.
Menghilangnya IN sempat menjadi perbincangan di kalangan teman-teman sekelasnya. Namun, pada saat itu tidak ada jawaban pasti. Hingga kemudian datang kabar dia dideportasi karena diduga terkait jaringan ISIS.
"Saya juga kaget," pungkasnya.
Sampai Rabu (30/5/2018) lalu, kabar terakhir IN belum diterima oleh Polres Tulungagung selain informasi tengah diperiksa oleh tim Detasemen Khusus Anti Teror setelah dideportasi di Jakarta.
Pihak kepolisian Tulungagung sendiri juga belum mengetahui kabar terkininya maupun kepastian kepulangannya di Tulungagung.
Kapolres Tulungagung Ajun Komisaris Besar Tofik Sukendar mengatakan, polisi selama ini telah aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang bermuara pada pencegahan paham radikalisme maupun terorisme.
Polisi, lanjut Sukendar, juga terus berupaya menjalin hubungan baik dengan kalangan ulama maupun pesantren.
Kegiatan-kegiatan tematik semisal diskusi juga kerap dilakukan dengan para pemangku di Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR