Sementara itu monyet dan orang hutan di KB Gembiraloka tidak lagi diberi makanan buah-buahan.
Sebagai penggantinya mereka disediakan roti tawar yang diberi selai dan minuman susu kemasan yang sudah tak layak dikonsumsi manusia, tapi tidak membahayakan kesehatan satwa. Misalnya, susu yang kedaluwarsa belum lebih satu bulan.
Rusa pun mengalami nasib serupa. Meski pakannya bekatul, dedak, dan rumput, tapi karena jumlahnya lebih dari 100 ekor, cukup merepotkan. Karena itu, Gembiraloka berkeinginan mengurangi jumlah binatang ini.
Bahkan, juga ditawarkan kepada masyarakat untuk digaduh, dengan catatan harus merawatnya benar-benar. Atau, barangkali ada yang berminat menjadi "bapak angkat" mereka.
Artinya, binatang tetap di kandang Gembiraloka, sementara "bapak angkat" menyantun biaya pakannya.
Dampak krisis juga terasa di Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas, Lampung. Jatah makan penghuni "sekolah gajah" di sana tidak berkurang, namun persediaan obat menjadi amat terbatas.
Jadilah obat tradisional sebagai alternatif. Gajah yang diare terpaksa diberi daun jambu biji atau daun kluwih (sejenis sukun).
Satwa Terpaksa Mudik
Selain menu makanan satwa harus diubah, jumlah satwa di kebun binatang pun perlu dikurangi.
Semisal, adanya beberapa satwa yang harus 'mudik' dikembalikan ke alam. Tentu saja satwa yang dipilih merupakan yang sehat dan dianggap mampu beradaptasi dengan lingkungan 'baru'-nya.
Penghematan dengan cara mengurangi kebiasaan makan satwa juga diterapkan di Taman Safari Indonesia (TSI), di Cisarua, Bogor, seperti diakui Drs. Jansen Manansang, M.Sc, salah satu direktur TSI.
Hewan karnivora (pemakan daging), seperti harimau, singa, buaya, ular, burung elang, dan satwa buas lain, yang biasanya diberi makan tujuh hari, kini berkurang menjadi lima hari makan.
Bagi harimau dan singa yang diberi daging 4 - 5 kg/hari, pengurangan jumlah hari makan tidak mempengaruhi kehidupan mereka, bahkan tampak lebih gesit dan bersemangat.
Hal yang sama juga dilakukan di KB Gembiraloka, Yogyakarta. Macan terpaksa "berpuasa" dengan hanya diberi makan dua hari sekali.
Langkah ini, katanya, meniru KB Singapura yang memberi makan kepada macan atau singa dua hari sekali. Hanya saja, daging yang diberikan tergantung jenis daging mana yang paling murah.
Baca juga: Begini Reaksi Bule Amerika ketika Bertanya dan Tahu Rata-rata Gaji Orang Indonesia
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR