Intisari-Online.com- Dr. Thomas T. Noguchi, seorang ahli kedokteran forensik dari Los Angeles, adalah pengagum Marilyn Monroe. Tanpa diduga-duga, ia mendapat tugas untuk "berkenalan" dengan sang bintang.
Sayangnya, perkenalan pribadinya itu terjadi setelah mereka menjadi mayat. Berikut pengalamannya yang dibukukan dalam Coroner to the Stars yang ditulisnya bersama Joseph DiMona.
(Ingin Beli Smartphone yang Paling Pas Buat Kamu? Simak Panduan Ini)
Tanggal 5 Agustus 1962, pukul 09.30 saya berjalan di lorong yang menuju ke ruang autopsi. Begitu pintu ruang dibuka, segera tercium bau formalin, pertanda hadirnya kematian. Di hadapan saya, diterangi cahaya lampu neon, terdapat ruang tanpa jendela. Meja-meja autopsi yang terbuat dari baja tahan karat berjejer dengan rapi. Setiap meja dilengkapi dengan selang air dan sistem pengaliran air. Selain itu masing-masing mempunyai tempat cuci tangan dan timbangan.
Ada pula tape recorder, karena dokter ahli patologi biasanya mendiktekan hasil pengamatan mereka pada alat itu sambil melakukan pekerjaannya atau sesaat setelah mulai.
(Gaun “Tertiup Angin” Marilyn Monroe Dinilai Paling Ikonis Sepanjang Masa)
Saya segera merasa, mayat yang harus saya autopsi ini merupakan kasus istimewa, karena saat itu hadir John Miner, wakil kepala kejaksaan setempat.
Jenazah di meja 1 ditutup dengan kain putih. Perlahan-lahan saya singkapkan kain itu. Tiba-tiba saja tangan saya berhenti. Wajah di balik kain itu tidak lain daripada Marilyn Monroe!
Untuk pertama kalinya dalam kehidupan profesional saya, saya merasa tergugah memandang jenazah di meja autopsi. La begitu cantik dan masih muda. la punya bakat dan semangat untuk maju, sehingga dari buruh pabrik ia menanjak menjadi wanita yang bisa berdampingan dengan para presiden. Kini semuanya itu sudah berlalu. Sayang!
MM dilihat dari kaca pembesar
Saya sadar bahwa saya memikul tanggung jawab berat. Semua orang di segala penjuru dunia ingin tahu, apa yang terjadi pada bintang film Marilyn Monroe, yang merupakan simbol seks itu. Karena itulah dengan saksama saya pergunakan kaca pembesar untuk mencari kalau-kalau ada bekas tanda suntikan di kulitnya. Tidak ada. Begitu pula tanda-tanda kekerasan. Cuma di punggung kiri agak ke bawah ada tanda memar sedikit. Warnanya memperlihatkan bahwa memar ringan itu belum lama terjadi.
Apakah itu ada hubungannya dengan kematiannya ataukah cuma bekas benturan tidak sengaja dengan meja umpamanya? Pada saat autopsi, saya yakin hal itu tidak ada hubungannya dengan kematiannya.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR