Angka hasil penjumlahan, 12, lalu ditambah lagi dengan nomor urut huruf pertama nama suatu desa, misalnya 2 (dari Desa Nambangan yang huruf pertamanya, na, bernomor urut 2) atau 3 dari desa yang bernama Cacaban yang huruf awalnya, ca, mempunyai nomor urut 3).
Baca juga: Tak Perlu Menyadap, Begini Cara Mengetahui Siapa Saja yang Sering Hubungi Pasangan Kamu di WhatsApp
Nilai 12, jika ditambah 2 lalu dibagi 3 maka hasilnya akan bersisa 2 (karena 14 tidak habis dibagi 3); dan jika ditambah 3 lalu dibagi 3, maka hasilnya tidak bersisa (karena angka 15 habis dibagi 3).
Kedua hasil perhitungan ini sesuai dengan persyaratan yang harus dipenuhi.
Si pencuri tidak akan memilih nama desa yang huruf pertamanya ha, misalnya, karena huruf dengan nomor urut 1 ini jika ditambah 12 dan dibagi tiga hasilnya akan bersisa 1.
Ini artinya mencuri di desa yang bersangkutan akan membawa sial.
Di kalangan pencuri, hasil perhitungan yang bersisa 1 disebut pacak, yang artinya pagar.
Maksudnya, danyang penjaga desa orang Jawa percaya setiap desa memiliki danyang pelindung sedang berada di posnya dan menjalankan tugasnya bersiskamling.
Karena itu, usaha kejahatan apa pun yang akan dilakukan pada penduduknya, tidak akan berhasil.
Kalau hasil pembagian bersisa 2, si maling masih boleh berpikir-pikir untuk melaksanakan niatnya.
Soalnya, sisa dua punya arti yang disebut danyang pengantenan, yang maksudnya makhluk halus penjaga desa sedang berkasih-kasihan dengan pacar-pacarnya — kaum danyang rupanya gemar bercintaan dengan beberapa kekasih sekaligus —.
Pencurian yang dilakukan pada saat seperti ini masih mungkin bisa berhasil, karena danyang yang sedang asyik berpacaran tentunya tidak menjaga desanya dengan baik.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR