"Wajahnya rileks, kelopak matanya setengah tertutup, hanya menyisakan putih konjungtiva yang terlihat, persis seperti pada orang yang sekarat."
BACA JUGA:Mengerikan, Ayah Ini Lempar Bayinya dari Atap Rumah Sebagai Protes
"Saat itulah saya memanggil dengan suara yang kuat dan keras: 'Languille' saya melihat kelopak matanya perlahan-lahan terangkat."
Dr Beaurieux membandingkan tatapan yang diberikan Henri kepadanya sama dengan orang-orang yang terbangun dari tidur atau dikagetkan saat pikirannya kosong.
Beaurieux mengatakan ia memanggil Henri kedua kalinya, dan sekali lagi mata Henri tertuju padanya.
Kemudia saat Beaurieux memanggil untuk yang ketiga kalinya, Henri tidak lagi merespon, disitulah Henri dipastikan telah mati.
Kejadian tersebut berlangsung selama dua hingga tiga puluh detik.
Eksperimen lainnya dilakukan pada tahun 1950 yang dilakukan oleh pemerintah Prancis dengan bantuan dokter Piedelievre dan Fournier.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan, eksekusi menggunakan alat bernama guillotine tidak efektif karena korbannya tidak langsung mati.
Orang terakhir yang dieksekusi menggunakan guillotine di Prancis adalah pembunuh kelahiran Tunisia, Hamida Djandoubi pada tahun 1977.
BACA JUGA:Sering Diabaikan, Biji Alpukat Terbukti dapat Menangani 6 Penyakit Ini
Djandoubi menjadi orang terakhir di Eropa Barat yang dieksekusi, sementara Prancis secara resmi menghapuskan hukuman mati pada tahun 1981.
Otoritas Prancis sebenarnya telah melarang eksekusi publik setelah pemenggalan Eugene Weidmann pada tahun 1939.
Namun, ada satu kepala yang diawetkan dalam botol kaca di Fakultas Kedokteran Universitas Lisbon.
Kepala tersebut milik Diogo Alves, pembunuh berantai pertama Portugal dan salah satu orang terakhir yang dieksekusi di negara itu pada tahun 1841.
BACA JUGA: Cek Garis Tangan Anda! Jika Ada Tanda Huruf 'V', Berarti Anda Sangat Beruntung!
Source | : | thesun.co.uk |
Penulis | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR