Intisari-Online.com – Buat masyarakat Betawi nama “Si Jagur” sudah tidak asing lagi; nama sebuah meriam kuno seberat kurang lebih empat ton yang pernah terletak di Museum Pusat.
Mungkin karena bentuk-bentuk dekorasi pada pangkal Si Jagur, maka banyak pasangan suami isteri memberikan sesajen kepada Si Jagur agar dapat memperoleh keturunan.
Sebenarnya Si Jagur ada 'isterinya'; sebuah meriam kuno pula yang diberi nama ‘Si Amuk'. Kedua meriam kuno itu berasal dari Banten.
Tidak jelas kapan kedua meriam tersebut dipindahkan ke Jakarta yang dahulu bernama 'Sunda Kelapa’ . Yang jelas, Si Jagur kini masih berada di Jakarta, di Taman Fatahilah.
BACA JUGA:Rumitnya Cara Menembakkan Meriam Legendaris Si Jagur Saat Perang Melawan Belanda
Sedangkan Si Amuk kini berada di Banten dan konon diamankan di Korem Serang untuk mencegah orang-orang meletakkan sesajen pada Si Amuk.
Menurut legenda, kedua meriam dari Banten tersebut pada mulanya sepasang suami isteri yang bernama Jagol (suami) dan Roro Banin (isteri).
Mereka mempunyai seorang putera bernama si Boncing yang sangat mendambakan dapat mengabdi kepada salah seorang raja Pajajaran. Tapi raja tersebut hanya mau menerima Si Boncing jika pemuda tersebut dapat mempersembahkan sebuah alat yang suaranya dapat menggelegar bergema di seluruh negeri.
Mendengar persyaratan raja tersebut, Si Bonding menjadi sangat sedih. la hanya anak rakyat jelata. Bagaimana mungkin ia dapat mengabulkan permintaan sang raja? Atas pertanyaan orangtuanya, Si Boncing akhirnya menceritakan permasalahan yang sedang dihadapinya.
Haras berpisah selamanya
Si Boncing tidak tahu bahwa kedua orangtuanya itu sebenarnya orang-orang sakti, walaupun mereka hidup sangat sederhana sebagai orang biasa. Karena kesaktian mereka itu maka Pak Jagol dan isterinya Roro Banin mempunyai kemampuan-kemampuan luar biasa.
Namun selama ini, mereka senantiasa merahasiakan kesaktian mereka terhadap puteranya.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR