Nilai-nilainya banyak yang buruk, sehingga dia tambah malas dan sering membuat onar.
Hubungan dengan para guru pun sering diwarnai hukuman terhadapnya. Padahal, sebetulnya dia adalah anak yang cerdas.
Di sekolah itu, dia praktis hanya menyenangi mata pelajaran menggambar.
Selain itu dia suka masuk ke perpustakaan sekolah, membaca subyek yang paling disukainya: semua hal ihwal mengenai Jerman!
Dia tidak suka terhadap nasihat atau kritik dari guru maupun temannya.
“Kebanyakan dari guru itu terganggu mentalnya dan edan,” kata Hitler menilai para pengajarnya.
Akhirnya Hitler meninggalkan realschule tanpa ijazah, disertai perasaan benci terhadap sekolah dan guru.
Kebenciannya terhadap hal-hal yang besifat akademik dan intelektual itu, nantinya akan tercermin dalam ideologi Nazi-nya.
Sewaktu masa sekolah itulah orang yang berhubungan dengan Hitler, mulai tertarik terhadap daya matanya yang dianggap luar biasa.
Mata yang seolah-olah memiliki kekuatan yang dapat menundukkan orang lain yang memandangnya.
Sehingga tak jarang selain mengagumi, orang pun malah takut terhadap sorot matanya.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR