Lalu kapan waktu sunat terbaik?
Peneliti di Institute for Health Metrics and Evaluation, University of Washington, Seattle, telah menganalisis data dari 1,4 juta anak laki-laki.
Hasilnya, anak laki-laki yang disunat sebelum mencapai usia 1 tahun berpotensi besar terhindar mengalami peristiwa yang merugikan.
Semakin tua usia sunat, semakin besar risiko yang akan dirasakan oleh si anak.
“Ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa tingkat efek samping sunat pada anak-anak yang lebih tua jauh lebih tinggi dibanding pada bayi,” kata Dr Charbel El Bcheraou, penulis dan profesor di institute tersebut, seperti dilansir Medicaldaily, setahun yang lalu.
Efek samping yang dimaksudkan, jika mengacu pada WHO, termasuk rasa sakit, pendarahan yang berlebihan, pemotongan kulit yang berlebihan, kerusakan pada penis, sulit buang air kecil, jaringan parut atau cacat, pembengkakan berlebihan, dan infeksi.
WHO sendiri mendorong orangtua agak segera menyunatkan anak lelakinya, dalam rangka mengurangi tingkat HIV.
Kabarnya, sunat bisa menurunkan risiko terjadinya HIV hingga 60%.
Beberapa dokter di Barat menganjurkan supaya sunat segera dilakukan tak lama setelah jabang bayi lahir, meski masih banyak orangtua yang menundanya.
“Orangtua memilih waktu sunat karena berbagai alasan, termasuk agama, sosial, budaya, atau manfaat kesehatan. Namun, melihat risiko yang meningkat hingga 10-20 kali, orangtua paling aman memilih waktu ketika berusia 1 tahun,” ujar El Bcheraou.
Padahal, di Indonesia, rata-rata anak baru disunat saat sudah duduk di bangku Sekolah Dasar atau antara usia 6 hingga 12 tahun.
(Moh Habib Asyhad)
Baca Juga : Seperti Inilah Penyesalan Pria yang Disunat Setelah Dewasa: Dulu Saya Lari Tidak Mau
KOMENTAR