"Grup adalah kontribusi terbesar saat ini, pembentukan karakter positif atau negatif, karena sangat besar pengaruhnya dalam membentuk jati diri," ujar Hening.
Hal yang dikhawatirkan adalah pihak pria terjerumus dalam grup yang membentuk karakter negatif, akibatnya kemampuan mengontrol emosi semakin berkurang.
"Pengontrolan emosi menjadi lepas di mana ada sesuatu yang menyinggung harga diri dan perasaannya, maka ia berani melakukan hal-hal destruktif. Contohnya, membakar dan merusak motor atau benda-benda lainnya, bahkan bisa membunuh manusia," ujar Hening.
Hening menungkapkan, solusi yang dapat dilakukan jika ada orang terdekat yang sulit mengontrol emosi, yakni terjalinnya kerja sama antara keluarga inti, pihak sekolah/intuisi pendidikan, masyarakat luas, dan pemerintah.
Baca Juga : Pria Ukraina Ini Bocorkan 10 Alasan Kenapa Banyak Pria Bule Suka Wanita Indonesia
Tak hanya itu, Hening mengatakan bahwa untuk mengenali kesadaran emosi dalam diri kita, yakni mengenali agama lebih awal tentang perilaku baik dan buruk, nilai dan norma dalam kehidupan.
"Kedua aspek tersebut berkaitan dengan hati nurani manusia yang notabene sebagai filter perbuatan sikap serta perilaku kita," ujar Hening.
Baca Juga : Temui 'Si Gila' Inem Jogja, Mantan Dosen Bergelar Magister yang Pilih Bantu Pedagang Jalanan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com oleh Retia Kartika Dewi dengan judul "Pemuda Marah hingga Rusak Motor, Mengapa Emosi Bisa Berujung Destruktif?"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR